AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) telah meminta surat kabar New York Post untuk meminta maaf atas kartun politik yang diterbitkan di koran tersebut hari Jumat yang CAIR katakan "membangkitkan tema-tema anti-Semit" melalui penggambaran teroris berhidung bengkok yang keberatan dengan pengawasan Departemen Kepolisan New York (NYPD) terhadap umat Islam tanpa surat perintah di seluruh kota itu.
Sebuah postingan di halaman Facebook kelompok itu menunjukkan bahwa kelompok hak sipil Muslim tersebut meminta Muslim Amerika dan "orang lain yang punya hati nurani untuk menghubungi New York Post dan meminta dengan sopan agar surat kabar itu meminta maaf atas kartun ofensif tersebut."
"Kartun politis ofensif dan tidak akurat ini membangkitkan tema-tema anti-Semit yang akan diakui oleh sejarawan pra-perang Nazi Jerman," kata Zead Ramadhan, dewan presiden CAIR New York dalam sebuah pernyataan. "Kartun ini tidak hanya menyinggung dalam menggambarkan karakteristik agama minoritas (Islam-Red), namun juga tidak akurat dalam penggambaran atas mereka yang ditargetkan oleh kampanye mata-mata NYPD yang tidak ada bukti sama sekali bahwa mereka yang dipantau itu diduga melakukan kesalahan apapun."
..Kartun ini tidak hanya menyinggung dalam menggambarkan karakteristik agama minoritas (Islam-Red), namun juga tidak akurat dalam penggambaran atas mereka yang ditargetkan oleh kampanye mata-mata NYPD..
Sebagaimana diberitakan oleh Associated Press (AP), Departemen Kepolisian New York (NYPD) telah memata-matai aktivitas mahasiswa Muslim di Universitas New York dan sedikitnya 14 perguruan tinggi lainnya di seluruh timur laut Amerika Serikat secara intesif, jauh melampaui yurisdiksinya.
NYPD juga menjaring website mahasiswa Muslim setiap hari dan bahkan mengirim agen rahasia ke Universitas. Saking intensifnya NYPD bahkan mencatat dalam file intelijen polisi seperti berapa kali siswa Muslim melaksanakan shalat.
Polisi mengumpulkan informasi soal target-targetnya dari para dosen dan warga masyarakat. Walaupun tidak ditemukan mahasiswa dan dosen yang terlibat jaringan teror, namun nama mereka tetap dimasukkan dalam daftar laporan.
Aksi mata-mata ini dianggap sebagai pelanggaran hak-hak sipil warga negara oleh seorang mahasiswa. "Tidak ada yang ingin masuk ke daftar FBI atau NYPD. Mahasiswa Muslim punya kehidupan dan privasi mereka sendiri. Kami juga memiliki kebebasan dan kesempatan yang sama dengan warga AS lainnya," kata Tanweer Haq, salah satu pembina Asosiasi Mahasiswa Muslim di Universitas Syracuse. (st/TB,VV)