Puluhan ribu rakyat Mesir menuntut penguasa militer segera menyerahkan kekuasaan pada pertengahan tahun ini. Rakyat Mesir meragukan komitmen militer, yang masih tetap ingin menduduki kekuasaan. Ungkapan kekawatiran itu diekspresikan saat berlangsungnya demonstrasi, Jum'at kemarin.
Dua calon presiden dari kalangan Islamis, salah satunya yang mewakili Ikhwanul Muslimin, yang menjadi pelopor gerakan protes itu. Rakyat Mesir meragukan niat militer Mesir, bersedia menyerahkan kekuasaan, sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan pada pertengahan Juli nanti.
Khairat al-Shater, mantan calon Ikhwan, mengatakan pembatalan terhadap dirinya menunjukkan para jenderal yang memerintah sejak Hosni Mubarak digulingkan tahun lalu tidak berniat serius berhenti.
"Kami semua di sini untuk melindungi revolusi dan menyelesaikan tuntutan," kata Sayed Gad, 38, seorang apoteker dan anggota Ikhwan. Aksi yang berlangsung dan diikuti puluhan ribu itu, yang menarik diikuti dari kubu Islamis dan liberal, dan berpusat di Tahrir Square, Cairo.
Militer mengatakan akan tetap berpegang pada jadwal untuk menyerahkan kekuasaan kepada presiden baru pada 1 Juli, dan berjanji mengawasi pemungutan suara dengan adil. Tetapi beberapa komentar dari pejabat militer yang menunjukkan tentara berusaha tetap bertahan dengan sandaran konstitusi yang baru. Militer bisa saja berlindun dibalik konstitusi yang baru, dan menekan partai-partai yang ada diperlamen.
"Ganyang kekuasaan militer" dan "Rakyat ingin pelaksanaan marshal," beberapa pengunjuk rasa meneriakkan, ketidak puasan mereka terhadap Marsekal Udara Marshal Mohamed Hussein Tantawi, yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan di zaman Mubarak, selama dua dekade yang kini memimpin dewan agung (SCAF).
Ribuan rakyat juga berkumpul di Alexandria kota kedua terbesar dan di beberapa kota lainnya. Mereka melakukan aksi demonstrasi usai shalat Jum'at.
Di antara para pengunjuk rasa merupakan pendukung Hazem Salah Abu Ismail, calonn dari Salafi sebagai presiden yang didiskualifikasi dari pencalonan, karena ibunya memiliki kewarganegaraan AS, dan melanggar salah satu aturan undang-undang pemilihan presiden di Mesir.
Dari Lapangan Tahrir di mana ppara endukung Abu Ismail juga berkumpul pada hari Jumat, mereka meneriakkan melalui pengeras suara: "Revolusi Islam. Dengan jiwa dan darah. Kita berkorban untuk Islam!" dan "Al-Quran adalah konstitusi!", teriak mereka. (af/mb)