AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Presiden AS Barack Obama telah menyetujui kebijakan baru yang memungkinkan Badan Intelijen Amerika Serikat CIA untuk memperluas kampanye serangan pesawat drone di Yaman.
Menurut pejabat AS, Obama telah menyetujui penggunaan pesawat pembunuh drone, yang akan memungkinkan CIA untuk melancarkan serangan terhadap tersangka pejuang Islam bahkan ketika CIA tidak mengetahui identitas mereka yang bisa dibunuh.
Langkah itu diambil ketika jumlah serangan pesawat drone pembunuhan AS di Yaman telah mencapai rekor.
Para kritikus kampanye drone percaya bahwa akan ada lebih banyak orang yang tidak bersalah yang akan terbunuh jika serangan AS diperluas di Yaman.
Serangan pembunuhan pesawat tak berawak AS menewaskan sedikitnya 64 orang, kebanyakan warga sipil, di Yaman selatan selama tiga hari pada bulan Maret.
CIA telah menerbangkan pesawat itu di Yaman sejak 2011 dari sebuah pangkalan rahasia di negara tersebut.
Tahun lalu, dua warga Amerika, Syaikh Anwar al-Awlaki dan anak remajanya, juga gugur dalam serangan pesawat tak berawak AS di Yaman. Kematian mereka memicu kritik keras terhadap pemerintahan Obama yang menargetkan pembunuhan warga sipil di seluruh dunia, termasuk warga Amerika, tanpa prosedur peradilan.
Pemimpin akademik Profesor Noam Chomsky juga mengutuk kebijakan AS yang menargetkan tersangka pejuang Islam di luar negeri dengan menggunakan kendaraan udara tak berawak, mengatakan sejumlah taktik tersebut kepada "derajat teror."
Militer AS menggunakan pesawat pembunuh itu di beberapa negara Muslim, termasuk Yaman, Somalia, dan Pakistan.
Washington mengklaim para pejuang Islam sebagai sasaran serangan udara tersebut, tetapi sebagian besar serangan justru telah menyebabkan korban jiwa di kalangan warga sipil tak berdosa. (by/ptv)