AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Sikap paranoid dan prasangka buruk terhadap umat Islam oleh petugas keamanan bandara AS kembali terjadi dan kali ini menimpa seorang balita perempuan berusia 18 bulan yang harus diturunkan dari pesawat yang telah ia naiki untuk diperiksa.
Balita perempuan berusia 18 bulan bernama Riyanna tersebut telah dikeluarkan dari pesawat JetBlue Airways di Amerika Serikat karena namanya muncul di daftar keamanan larangan terbang.
Orang tua dari balita tersebut, yang juga dikeluarkan dari pesawat, mengatakan pada Jumat bahwa mereka dipermalukan oleh tindakan pejabat keamanan.
"Kami dipajang seperti tontotan sirkus karena istri saya mengenakan jilbab," kata ayah Riyanna, kepada WPBF 25 News, afiliasi lokal ABC di West Palm Beach, Florida.
Dia mengatakan insiden itu dimotivasi oleh prasangka karena mereka adalah Muslim dan keturunan Timur Tengah.
Seorang juru bicara JetBlue menyebutnya sebagai "kesalahan komputer" dan menyatakan bahwa maskapai ini sedang menyelidiki insiden 8 Mei 2012 tersebut, yang terjadi di bandara Fort Lauderdale di Florida. JetBlue juga mengeluarkan permintaan maaf kepada keluarga yang tinggal di New Jersey tersebut.
..Dia mengatakan insiden itu dimotivasi oleh prasangka karena mereka adalah Muslim dan keturunan Timur Tengah..
"Kami percaya ini adalah kesalahan komputer," kata JetBlue dalam sebuah pernyataan. "Awak kapal kami mengikuti protokol yang sesuai, dan kami meminta maaf kepada keluarga yang terlibat dalam keadaan tidak mengenakkan ini."
Keluarga itu akhirnya diizinkan kembali memasuki pesawat, tapi keluarga itu justru meninggalkan bandara sebagai protes.
Badan Keamanan Transportasi mengatakan gadis kecil itu tidak mungkin masuk dalam daftar pengawasan pemerintah karena dia sudah pernah mengeluarkan boarding pass.
Sebuah jajak pendapat oleh Pew Research Center yang dilakukan tahun lalu menunjukkan bahwa perlakuan sewenang-wenang terhadap Muslim oleh aparat keamanan bandara, aparat penegak hukum dan yang lainnya telah meningkat pesat sejak Muslim Amerika pertama kali disurvei pada tahun 2007.
Hampir 43 persen Muslim Amerika mengaku mengalami perlakuan sewenang-wwenang pada 2010, meningkat tiga persen dalam jumlah yang dilaporkan pada tahun 2007. (by/ptv)