MAURITANIA (voa-islam.com) - Mantan kepala intelijen era Muammar Kadhafi, yang diburu oleh Perancis, pengadilan pidana internasional Den Haag dan Libya, telah didakwa oleh jaksa penuntut umum Mauritania dalam sebuah sidang pengadilan rahasia.
Abdullah Senussi, seorang kepercayaan dan saudara ipar Kadhafi, akan menghadapi sidang karena memasuki Mauritania secara ilegal dengan paspor Mali yang dipalsukan, kejahatan yang membawa penjara maksimum tiga tahun, sebuah sumber pengadilan mengatakan.
Senussi, yang telah ditahan di sebuah villa di ibukota Mauritania dari Nouakchott sejak Maret, diduga berada di balik pembantaian di penjara terkenal Tripoli Abu Salim, yang menyebabkan sekitar 1.200 narapidana mati, dan memicu pemberontakan Libya ketika pengacara berusaha untuk membuka kembali kasus itu tahun lalu.
Seorang pejabat keamanan mengatakan Mauritania sebuah rombongan pengawal elit kepresidenan telah membawa Senussi semalam ke dalam gedung pengadilan. "Dia terlihat baik, dan tampak dalam kondisi bersemangat," kata pejabat itu. Ini merupakan penampilan publik pertama Senussi sejak melarikan diri dari rezim Libya yang runtuh ke negara gurun tersebut.
"Biasanya ia sekarang akan ditahan di penjara utama, tetapi pemahaman kita adalah ia tinggal di sebuah lokasi khusus yang dijaga oleh para tentara," kata pejabat itu.
Sebuah sumber pengadilan mengatakan sidang itu tidak akan dimulai segera. "Sebuah tanggal `(persidangan awal) tidak harus diatur sampai tiga tahun, sehingga itu akan membeli waktu pemerintah," katanya.
Prancis ingin mengadili Senussi sehubungan dengan pemboman sebuah pesawat diatas Niger tahun 1989 di mana 170 orang meninggal. Surat perintah ICC adalah untuk memburu Senussi atas kejahatan terhadap kemanusiaan di Libya.
Para pejabat Inggris juga menunjukkan mereka bisa mencari akses kepadanya sehubungan dengan pemboman Lockerbie, yang Senussi diduga memiliki peran.
Para diplomat mengatakan tidak ada indikasi yang jelas apa yang direncanakan pemerintah Mauritania dengan tahanan profil tinggi tersebut. "Apalagi, isu Senussi selama ini tentang asap dan cermin," kata para diplomat. (st/guardian)