Dewan Keamanan (DK) PBB dengan suara bulat mengutuk "keras" rezim Syiah Suriah Bashar al-Assad yang melakukan serangan terhadap penduduk sipil dengan menggunakan senjata berat di kota Houla, 108 orang penduduk di kota itu, termasuk anak-anak tewas.
Sebuah pernyataan yang disetujui oleh 15 anggota DK Keamanan, termasuk Rusia sekutu Suriah, mengatakan serangan pemerintah "yang menggunakan senjata artileri terhadap penduduk sipil sebagai kejahatan", dan menyerukan agar Presiden Bashar al-Assad menarik senjata berat dari kota-kota Suriah.
"Dewan Keamanan juga mengutuk pembunuhan warga sipil dengan penembakan dari jarak dekat, dan kekerasan fisik yang sangat luas," kata pernyataan, yang dibacakan dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan oleh Wakil Duta Besar Azerbaijan di PBB Tofig Musayev.
Sebelumnya, Wakil Dubes Rusia di PBB meragukan kesalahan rezim Syiah Suriah atas pembunuhan itu.
"Kami perlu menentukan apakan pelakunya pihak berwenang Suriah," kata Igor Pankin kepada wartawan di PBB. "Ada alasan kuat untuk percaya bahwa mayoritas dari mereka yang tewas telah disayat, dipotong oleh pisau, atau dieksekusi pada jarak dekat", tegasnya.
Gedung Putih mengatakan bahwa pembunuhan massal warga sipil, di al-Houla adalah bukti kebiadaban rezim Syiah Suriah yang sangat tidak manusiawi.
"Tindakan ini menjadi bukti buruk bagi rezim tidak sah rezim Syiah di Suriah yang tidak merespon perdamaian, dan teap melakukan kebrutalan yang tidak manusiawi," kata juru bicara Gedung Putih.
Inggris dan Prancis telah mengusulkan mengeluarkan pernyataan pers yang mengutuk serangan itu dan menuding rezim Syiah Suriah telah melakukan kejahatan. Namun Rusia mengatakan kepada anggota Dewan Keamanan tidak setuju dan ingin memberikan penjelesan atas perisitiwa itu. Rusia menjadi sekutu Suriah yang paling kuat selama pemberontakan, dan bersama dengan Cina telah menggunakan hak veto untuk melindungi Damaskus dari sanksi PBB.
Pembantaian di Houla menciptakan keraguan baru atas rencana perdamaian internasional yang diajukan oleh utusan PBB Kofi Annan untuk mengakhiri krisis Suriah yang sudah berlansung selama empat belas bulan. (af)