Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Presiden Suriah Bashar al-Assad akan segera keluar dari kekuasaannya, Kamis.
Berbicara dalam konferensi pers bersama dengan Wakil Presiden Afrika Selatan, Kgalema Motlanthe di Ankara, Erdogan mengatakan, Bashar al-Assad sedang mempersiapkan dirinya keluar dari Suriah.
Menjawab pertanyaan mengenai perkembangan terbaru di Suriah, Erdogan mengatakan, dia mengadakan pertemuan dengan al-Assad yang berlangsung lebih dari 3,5 jam, ketika dia pergi ke Aleppo, awal 2011.
Namun al-Assad tidak pernah menepati janji. Kita sekarang melihat dia memerintah rakyatnya dengan brutal. Al-Assad membungkam rakyatnya dengan tank dan artilleries di jalanan, dan membunuhi mereka.
Sekarang, setiap hari, oposisi Suriah semakin dekat ke tujuan mereka. Bashar mencoba mempertahankan kekuasaannya dengan dukungan dari beberapa negara, ungkap Erdogan.
Assad Akan Segera Pergi
Masyarakat dunia ini sekarang melawan Bashar al-Assad. Sekjen PBB Ban Ki-moon menekankan bahwa pemerintahan Assad kehilangan semua legitimasi, ujar Erdogan, Kamis.
Sementara itu, para pengamat PBB ditembaki, ketika mereka memasuki desa Al Qubayr. Mereka melihat manusia dibakar sampai mati di desa itu. Para pengamat melihat orang-orang yang lehernya digorok. Hanya orang seperti Assad yang dapat melakukan kebrutalan seperti itu, ungkap Erdogan.
"Anda tidak bisa menjadi makmur dengan kekejaman. Anda tidak dapat berdiri di atas kaki Anda dengan kekejaman. Saya ingin membuat sangat jelas bahwa Assad akan segera pergi. Dia tidak bisa tetap berkuasa lebih lama lagi. Bashar al-Assad sedang mempersiapkan akhir kekuasaannya sendiri. Saya membahas isu Suriah, ketika saya mengunjungi Cina dan Iran serta melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Rusia. Kami akan mengunjungi Rusia, jika waktu mengizinkan. Jika tidak, kami akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT G-20", tegas Erdogan.
Pembicaraan dengan Rusia
Erdogan mengatakan bahwa 'Model Yaman' seperti yang diusulkan oleh Menteri Luar Negeri Federasi Rusia, Sergey Lavrov, sangat berharga. Hal itu, tentu akan memaksa Presiden Suriah Bashar al-Assad bisa meninggalkan Suriah. Sekarang nampaknya, sedang disusun sebuah skenario seperti Yaman, di mana Presiden Ali Abdullah Saleh, meningglkan Yaman, dan digantikan oleh wakilnya. Sebagai pejabat presiden, sampai pemilu. (af)