LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Olimpiade London yang akan berlangsung mulai 27 Juli besok sampai 12 Agustus 2012 telah menjadi dilema tersendiri bagi ribuan atlet Muslim yang ikut berlaga di kejuaraan antar negara di lima benua tersebut. Hal ini terjadi karena perhelatan akbar tersebut bertepatan dengan bulan suci Ramadhan.
Disatu sisi mereka ingin tetap berkomitmen sebagai Muslim dengan menjalankan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan, tapi disisi lain mereka juga ingin berkompetisi dan merebut medali dimana untuk melakukan itu membutuhkan energi yang cukup menguras tenaga mereka seandainya mereka tetap berpuasa.
"Saya telah mencoba, setelah saya tiba di London, untuk berlatih ketika aku sedang berpuasa tapi aku sadar itu sangat, sangat sulit karena saya mengambil bagian dalam perlombaan yang membutuhkan banyak energi," kata pelari marathon Yordania Methkal Abu Drais. "Saya pikir saya akan mengubah keputusan saya untuk berpuasa."
Dilema yang dihadapi Methkal Abu Drais juga dialami oleh sekitar 3.500 atlet Muslim yang ikut dalam Oliempiade London 2012, yang bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Sebagian besar negara Muslim telah memberikan dispensasi khusus kepada atlet mereka untuk menunda puasa Ramadhan selama Olimpiade, untuk membantu mereka mempertahankan kekuatan mereka, dan melanjutkan puasa ketika mereka telah pulang.
Tapi banyak juga atlet Muslim yang berlaga di Olimpiade London yang masih bersikeras untuk menjalankan puasa Ramadhan, salah satu periode paling rohani dalam kalender Islam saat puasa biasanya dipandang sebagai sebuah kewajiban.
Tim sepak bola laki-laki Maroko telah berjanji untuk berpuasa selama Olimpiade meskipun permintaan dari pelatih asal Belanda mereka Pim Verbeek.
"Kita harus berpuasa karena ini adalah kewajiban dan saya berpikir bahwa Allah Subhanahu Wata'ala akan membantu kita pada hari pertandingan," kata penjaga gawang Maroko yang dikontak Atletico Madrid, Yassine Bounou.
..Saya telah mencoba, setelah saya tiba di London, untuk berlatih ketika aku sedang berpuasa tapi aku sadar itu sangat, sangat sulit karena saya mengambil bagian dalam perlombaan yang membutuhkan banyak energi..
"Kami terbiasa bermain di bulan Ramadhan dan itu tidak akan berdampak negatif terhadap kami."
Di cabang judo, pejudo UEA Hamid Alderei berlatih setelah berbuka puasa, tetapi di antara enam anggota tim kuat asal Niger, Zakari Gourouza adalah satu-satunya atlet yang tidak melakukan puasa Ramadhan.
"Lima lainnya akan berpuasa karena mereka ada di sini hanya untuk ambil bagian. Mereka tidak mungkin untuk memenangkan setiap medali dan puasa adalah prioritas bagi kami," jelas atlet dayung Niger Hamadou Djibo Issaka.
Pelatih tinju Maroko Abdel Haq Achic mengatakan awalnya merasa kesulitan untuk membujuk para atletnya untuk tidak berpuasa meskipun dampak yang signifikan terhadap energi, kekuatan dan berat badan mereka.
"Jadi kita tidak terlihat seperti diktator, kami memberi mereka dua atau tiga hari untuk mencoba berlatih dengan tetap puasa tapi setelah itu mereka menyadari mereka tidak bisa melakukannya, sehingga mereka menerima keputusan tersebut," katanya.
"Tinju sangat keras dan ketika kita perlu berlatih dua kali sehari para atlet tidak dapat melakukannya. Mereka kehilangan banyak energi mereka sehingga mereka harus makan untuk memiliki persiapan yang baik untuk kompetisi.. Kami berbicara dengan semua atlet dan kami mengatakan kepada mereka, mereka perlu makan untuk bisa fit untuk kompetisi.
"Setelah tiga jam berbicara dengan mereka, mereka memutuskan untuk tidak puasa. Sulit bagi mereka untuk menerima keputusan ini karena mereka Muslim,. Tetapi tidak ada solusi lain jika mereka ingin bersaing untuk mendapatkan medali."
Menurut ketentuan Al-Qur'an, umat Islam boleh tidak berpuasa jika mereka sakit atau sedang bepergian. Ketentuan ini (berpergian ke London-Red) dijadikan salah satu acuan mereka untuk dapat menunda berpuasa dan menggantinya di bulan lain.
..Tapi banyak juga atlet Muslim yang berlaga di Olimpiade London yang masih bersikeras untuk menjalankan puasa Ramadhan..
Beberapa delegasi atlet berkonsultasi dengan para ulama sebelum melakukan perjalanan ke London, yang lainnya bahkan mencoba untuk mengganti puasa Ramadan di bulan lain untuk menghindari bentrok dengan Olimpiade.
"Delegasi Mesir bertemu mufti sebelum datang ke London. Mufti tersebut mengatakan kepada mereka bahwa Anda sedang bepergian dan Allah akan memudahkan segalanya untuk Anda," kata official tim Mesir Aladdin Jabar.
"Dia memberi fatwa yang mengizinkan mereka untuk tidak berpuasa Dan sekarang semuanya terserah kepada atlet."
Hassan Rifaat, koordinator umum untuk tim Uni Emirat Arab mengatakan setiap atlet mereka telah dibiarkan untuk membuat keputusan sendiri tentang puasa.
"Ada beberapa atlet berpuasa dan yang lain ada tidak berpuasa. Tidak ada instruksi resmi dari Komite Olimpiade Emirat pada masalah itu," katanya.
"Setiap atlet melakukan apa yang dia rasa nyaman dengannya. Ini tergantung pada kondisi mereka."
Atlet Oliempiade layar pertama Mesir, Ahmed Habash telah mengurangi ktegangan masalah tersebut dengan mengatakan selama kompetisi ia tidak berpuasa dan akan menggantinya di hari lain.
"Selama balapan yang sebenarnya saya tidak akan berpuasa," katanya. "Ini berarti ketika aku pulang aku harus mengganti puasa, tapi hanya untuk lima hari yang saya lewatkan." (by/ahram)