Sekelompok aktivis Islam menggerebek sebuah bar di Sidi Bouzid, pusat kota Tunisia, Senin. Mereka menghancurkan botol-botol minuman keras dan mengusir para pelanggan, ungkap saksi. Sekitar 50 aktivis melabrak ke dalam bar di Hotel Horchani di pusat kota, ungkap staf hotel kepada AFP.
Kemudian, para pria berjanggut menyerbu kamar lantai atas hotel, yang terakhir di Sidi Bouzid yang menjadi tempat melayani minuman keras (alkohol), beberapa dari mereka mengucapkan "Allahu Akbar", mengatakan, "Al-Saharab haram" (minum adalah dosa).
Penjualan dan konsumsi alkohol diatur, namun hukum di Tunisia, secara tradisional tidak melarang alkohol, karena negeri itu selama ini dipimpin seorang penguasa, yang tidak mengindahkan hukum Islam, dan menjadikan tulisme sebagai penerimaan devisa negara, terutama dari Perancis. Kehidupan malam, dan tempat-tempat rekreasi di pantai-pantai sangat memuakkan dengan para turis, yang menggunakan pakaian telanjang.
Sidi Bouzid, adalah tempat kelahiran pemberontakan yang menggulingkan penguasa Zine al-veteran Abidine Ben Ali tahun lalu. Di mana sekarang kekuatan kelompok Salafi, berusaha membersihkan pusat kota Tunis, tidak lagi menjadi tempat maksiat, dan berlangsungya minuman keras. Sehingga, langkah-langkah ini sangat mengakawatirkan para turis asing, yang selama ini menikmati kehidupan di ibukota Tunis.
Negara Afrika Utara mengalami perubahan yang sangat dramatis, di mana kekuatan Ikhwan memenangkan pemiihan parlemen, dan sekarang berkuasa di di negeri itu. Sementara itu, kelompok Salafi terus mendorong ditegakkan syariah Islam, dan melarang segala bentuk kemaksiatan dan kesesatan di negeri itu. Kecenderungan itu, membuat mitra koalisi Partai An-Nahdhah sangat kecewa.
Di Mesir, pemerintah telah mengendalikan alkohol atau minuman keras. Di Mesir, alkohol hanya dapat dibeli di bandara, dan tidak boleh dibawa keluar bandara, dan salah satu cara pemerintah Mesir menghindari rakyat mengkonsumsi alkohol. mh.