Di Libya terjadi transformasi kekuasaan. Di mana 200 anggota 200 majelis nasional Libya memilih teknokrat Mustafa Abu Shagour sebagai perdana menteri yang baru di negara itu melalui pemungutan suara dekat.
Shagour, sebelumnya wakil perdana menteri, memenangkan 96 suara, mengalahkan tokoh liberal Mahmud Jibril dengan hanya selisih dua suara, yang selanjutnya akan mengambil kendali pemerintahan transisi Libya selama 18 bulan ke depan.
Abu Shagour, seorang insinyur optik yang dihormati, mengukir karir sebagai seorang akademisi di Amerika Serikat, sebelum kembali ke Libya tahun lalu, sebelumnya menjadi penasihat Dewan Transisi Nasional sekarang dibubarkan. Dia ditunjuk sebagai wakil Perdana Menteri Abdurrahim El-Keib pada bulan November.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters bulan lalu, Abu Shagour mengatakan bahwa tokoh teknokrat itu akan fokus memulihkan keamanan, dalam negeri Libya, yang masih diliputi sering anarkis setelah jatuhnya Muammar Gaddafi,ujarnya.
Pemilihannya itu berlangsung tak sesudah duta besar AS dan tiga staf kedutaan tewas dalam serangan terhadap konsulat Benghazi yang diserbu oleh kelompok Islam, yang menyalahkan AS dengan film mereka yang menghina Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasslam.
Amerika Serikat, sementara itu, telah mengevakuasi semua personelnya dari Benghazi ke ibukota Libya dan mengurangi staf kedutaan besarnya di Tripoli, dan menetapkan dalam kondisi "darurat", ujar seorang pejabat senior AS kepada wartawan dalam konferensi, Rabu.
Situasi di Libya masih terus memanas pertarungan antara kekuatan Islam dan kubu sekuler yang pro Barat, dan puncaknya ledakan di Kedutaan AS di Benghazi bersamaan dengan film yang menghina Nabi Shallahu Alaihi Wasslam. af/bh