Bagdad (voa-islam.com) Gelombang serangan terus berlanjut di Irak, dan menghancurkan dalam skala yang sangat luas. Hampir setiap hari terjadi pemboman, yang menewaskan banyak korban. Ini merupakan warisan "setan" Amerika Serikat, yang menyebabkan kekacauan di Irak, tanpa henti-henti. Di Irak sekarang perang tanpa henti antara kelompok Syiah-Sunni. Semuanya dalangnya Amerika Serikat, yang berujuan melemahkan Irak.
Sementara kelompok hak asasi manusia semakin frustrasi akibat gelombang serangan terhadap night club (klub malam) yang menjual alkohol melayani bagi tentara Amerika Serikat, dan orang-orang asing di Irak. Pasukan Amerika Serikat semakin tidak aman akibat gelombang serangan. Siapa yang melakukan serangan terhadap night club itu masih sangat misterius.
"Komandan angkatan bersenjata mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa perintah menutup night club datang dari pengadilan, namun jurubicara pengadilan Abdul Sattar al-Qadar Beer membantah mengeluarkan perintah apapun semacam ini," ujar Ali Yazid , manajer yang melayani penjualan alkohol Al-Marshreq Social Club, kepada Al Arabiya.
Pada awal September, pasukan khusus yang melakukan razia puluhan night club di Baghdad dan memukuli pelanggan dengan popor senapan dan pentungan, ujar seorang pejabat kementerian dalam negeri, berbicara dengan syarat anonim,kepada AFP.
Seniman Dipukuli
Pada 8 September, Dewan Kehakiman Irak membantah bahwa pihaknya telah mengeluarkan perintah menutup night club yang melayani alkohol di Baghdad.
"Majelis Nasional untuk Hak Asasi Manusia di Irak menganggap penyerbuan dan penutupan tempat-tempat malam sebagai pelanggaran hukum dan konstitusi, karena tidak ada perintah pengadilan," ungkap Kamran Badal, manajer outlet yang melayani penjualan alkohol, mengatakan kepada Al Arabiya.
Intelektual Irak sebelumnya telah memprotes tindakan keras pemerintah di mana minuman keras sebagai ikon budaya liberal di negara itu, di bawah slogan: "Baghdad tidak Kandahar," dan mengacu pada kota kedua Afghanistan terbesar dan umumnya menerapkan syariah Islam. Di mana dirasakan berbeda antara Afghanistan yang menganut syariah Islalm dengan Baghdad.
Protes terhadap terhadap kementerian pendidikan Irak yang melarang musik dan seni di negara itu sejak akhir 2010, namun dibuka kembali pada Januari 2011 sebagai pendidikan baru yang lebih liberal. Ibrahim al-Khayat, dari Uni Writers Irak, mencerminkan kesengsaraan masyarakat sipil dan ketakutan. Bahkan, seniman yang manggung di tempat umum, dipukuli, karena dianggap akan merusak akhlak.
"Apa yang terjadi sekarang merupakan indikator berbahaya dan pertanda buruk bagi melanggar kebebasan," katanya, menggambarkan klub sosial yang melayani alkohol dipaksa untuk menutup sebagai pemberantasan "bentuk paling sederhana dari masyarakat sipil" di mana konstitusi menjamin dan dalam dua puluh artikel tersebut.
Irak dibawah rezim Syiah, sekarang menghadapi tantangan sekulerisasi yang dipaksakan oleh Amerika Serikat, dan membebaskan rakyat menggunakan minuman keras, dan tari-tarian di club-club di seantero Bagdad, dan bahkan para seniman bebas mengkreasikan pikirannya, yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. af