NEW YORK (voa-islam.com) - Badan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan bahwa ada kekurangan bantuan makanan, air dan medis di kamp-kamp pengungsi Rohingya yang sudah penuh sesak di bagian barat Myanmar ketika gelombang kekerasan etnis dan sektarian baru telah menargetkan Muslim Rohingya di negara itu.
"Hal ini jelas mendesak bahwa hukum dan ketertiban dikembalikan untuk mencegah kekerasan lebih lanjut, dan akses-akses itu difasilitasi sehingga bantuan dapat diberikan kepada mereka yang membutuhkan," kata lembaga itu dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (30/10/2012).
Pernyataan itu juga mengatakan bahwa lebih dari 28.000 orang terpaksa melarikan diri dari rumah-rumah mereka bulan ini sebagai akibat dari meningkatnya kekerasan sektarian di negara itu.
Ribuan dari mayoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine telah berusaha berlindung di kamp-kamp PBB yang sudah berjuang untuk mengatasi 75.000 orang yang terlantar akibat dipicu kekerasan sebelumnya pada bulan Juni.
"Dengan masuknya penngungsi baru, kamp-kamp yang sudah penuh sesak ini sedang terentang melampaui kapasitas dalam hal ruang, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar seperti makanan dan air," tambah lembaga itu.
"Harga makanan di daerah tersebut telah naik dua kali lipat, dan tidak ada cukup dokter untuk mengobati orang sakit dan terluka."
Amnesty International dan Human Rights Watch menerbitkan laporan, menyerukan Myanmar untuk mengambil tindakan untuk melindungi penduduk Muslim Rohingya dari kebiadaban ekstrimis Buddha.
Pemerintah Myanmar menolak mengakui Muslim Rohingya sebagai warga negara meski mereka telah bermigrasi ke negara itu sejak abad ke 8.
Myanmar tetap bertahan pada pendapat bahwa satu-satunya solusi terhadap krisis tersebut adalah mengirimkan komunitas Rohingya yang berjumlah satu juta orang itu ke negara lain yang bersedia untuk menampung mereka.
Etnis Rohingya dikatakan keturunan Muslim asal Persia, Turki, Bengali, dan Pathan. Pemerintah Myanmar serta mayoritas Buddha menolak untuk mengakui istilah "Rohingya", mereka lebih suka menyebutnya sebagai "Bengali". (by/ptv)
Ket: Para pengungsi Muslim Rohingya di kamp pengungsian Say Thamagyi di pinggiran Sittwe, ibukota dari negara bagian Rakhine Barat Myanmar. /Foto. presstv