SURIAH (voa-islam.com) - Sebuah surat kabar Suriah yang pro-rezim Bashar Al-Assad pada hari Selasa (27/11/2012) menerbitkan nama-nama dari 142 mujahidin asing terkait Al-Qaidah dari 18 negara yang telah gugur Syahid (Insyallah) dalam konflik 20 bulan di Suriah.
Sura kabar pro-rezim Al-Watan menerbitkan daftar, yang koran itu katakan dikirim Rezim Damaskus ke Dewan Keamanan PBB bulan lalu, yang mencakup para "teroris" asal Arab, Afrika Utara, Tengah dan Asia Selatan, dengan memberikan tanggal dan tempat gugurnya mereka.
"Sebagian besar mujahid yang masuk merupakan anggota jaringan Al-Qaidah, atau yang bergabung setelah tiba di Suriah," kata surat kabar itu, menambahkan bahwa mereka memasuki Suriah melalui Turki dan Lebanon.
Di antara 142 itu disebutkan 47 warga negara Saudi, 24 warga Libya, 10 warga Tunisia, sembilan orang Mesir, Qatar enam orang dan lima warga Lebanon.
Koran ini juga mencantum warga 11 Afghanistan, lima warga Turki, tiga warga negara Chechnya, satu Chad dan satu warga Azerbaijan.
..Sebagian besar mujahid yang masuk merupakan anggota jaringan Al-Qaidah, atau yang bergabung setelah tiba di Suriah..
Sebagian besar mujahidin tersebut gugur pada bulan Oktober dan November di provinsi utara Aleppo, Homs di pusat Suriah, wilayah barat laut Idlib, Deir al-Zor di timur, dan Hasakeh di timur laut, kata koran itu.
Rezim Damaskus mengatakan para "teroris" yang didukung asing bertanggung jawab atas pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad yang pecah pada bulan Maret 2011.
Hingga kini kekerasan di Suriah telah menewaskan lebih dari 40.000 orang dalam 20 bulan, menurut pengawas Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris.
Protes damai menuntut mundurnya Bashar Al-Assad pada awalnya, kemudian berubah menjadi pemberontakan berdarah setelah penanganan brutal dan mematikan rezim pemerintah Suriah terhadap para demonstran. (by/AFP)
Ket: Muhammad bin Salim Al-Harbi Abu Abdullah, mujahidin asal Arab Saudi yang gugur Syahid (Insyallah) di Suriah dalam kontak senjata melawan pasukan pemerintah Bashar Al-Assad.