SALAHUDIN, IRAK (voa-islam.com) - Seorang pembom jibaku menewaskan 42 warga Irak dalam serangan di dalam masjid Syiah di Irak utara Rabu (23/1/2013) pagi.
Pembom jibaku tersebut meledakkan rompinya setelah memasuki masjid Sy'iah di kota Tuz Khurmatu. Pembom itu menyerang "pemakaman seorang kerabat dari politisi yang ditembak mati sehari sebelumnya," menurut AFP. Setidaknya 42 orang tewas dan 75 lainnya terluka dalam ledakan mematikan tersebut.
Tuz Khurmatu terletak di provinsi Salahudin, yang, seperti provinsi Kirkuk, menempati area di mana ketegangan etnis bertahan antara Sunni, Kurdi, dan Turkmen. Pemerintah Daerah Kurdi ingin mengambil Tuz Khurmatu ke sebagai bagian dari negara semiotonomi mereka, tetapi pemerintah pusat Irak telah menolak langkah tersebut.
Sementara belum ada kelompok yang menyatakan tanggung jawab atas serangan tersebut, itu sangat mungkin dilakukan oleh Al-Qaidah di Irak, yang terus melakukan bom jibaku di seluruh Irak. Melalui juru bicaranya, Abu Muhammad al 'Adnani, kelompok pejuang Islam itu telah menganjurkan menargetkan warga Syiah Irak, di kaset propaganda yang telah dirilis selama beberapa tahun terakhir.
Al-Qaidah di Irak telah melakukan tiga serangan jibaku lainnya dalam sembilan hari terakhir. Dalam serangan profil paling tinggi, seorang pembom jibaku menewaskan Sheikh Aifan Sadoun Aifan al-Issawi, seorang anggota parlemen Irak dan pimpinan anti-Al Qaidah terkemuka, tiga pengawalnya, dan dua warga sipil, dalam serangan di dekat Fallujah pada 15 Januari lalu. Aifan adalah anggota sekuler, Sunni yang mendukung blok politik Iraqiya dan salah satu pemimpin suku Sunni Kebangkitan Irak. Al-Qaidah di Irak kemudian menyatakan tanggung jawab untuk pembunuhan Aifan.
Pada 18 Januari, Polisi Irak dan milisi Kebangkitan membunuh seorang pembom jibaku saat ia mendekati pos pemeriksaan mereka dengan sepeda motor, satu polisi terluka dalam serangan itu. Dan kemarin, seorang pembom jibaku menewaskan tujuh orang dalam serangan di luar sebuah pangkalan militer Irak di Taji, sebuah kota di sebelah utara Baghdad.
Keamanan di Irak telah perlahan-lahan memburuk setelah penarikan militer AS pada akhir 2011. Meski saat ini Al-Qaidah di Irak tidak terbuka menguasai wilayah seperti yang terjadi pada tahun 2007, kelompok pejuang Islam tersebut masih dapat mengatur dan melaksanakan serangan besar-besaran yang menargetkan pasukan keamanan dan pejabat pemerintah Irak. (by/tlwj)