KUALA LUMPUR, MALAYSIA (voa-islam.com) - Pemerintah Thailand dan kelompok pejuang Islam telah memulai perundingan perdamaian yang bertujuan untuk mengakhiri hampir satu dekade konflik di tiga provinsi paling selatan negara tersebut, Al Jazeera melaporkan.
Ahmad Zamzamin, seorang pembantu senior mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, yang memfasilitasi pembicaraan tersebut.
Putaran pertama pembicaraan hari Kamis antara pejabat keamanan Thailand dan perwakilan dari kelompok Revolusi Barisan Nasional di ibukota Malaysia Kuala Lumpur, bagaimanapun, dirusak oleh ledakan bom dan penembakan yang menewaskan lima orang, menurut Al Jazeera.
Sebuah bom pinggir jalan meledak di distrik Chor Ai-rong provinsi Narathiwat, 840 kilometer selatan Bangkok, menewaskan tiga tentara yang sedang berpatroli di daerah itu, kata komandan Angkatan Darat Wilayah 4, Letnan Jenderal Udomchai Thammasarorat. Lima tentara lainnya juga terluka.
Pihak berwenang mengatakan serangan itu terjadi di sebuah desa yang merupakan rumah bagi pemimpin kunci dari kelompok Muslim yang ambil bagian dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Thailand.
Sebuah insiden penembakan terpisah juga dilaporkan di Narathiwat menewaskan dua warga sipil Buddha.
Media Thailand melaporkan bahwa sembilan kelompok yang dijadwalkan bergabung dengan perundingan, termasuk Barisan Revolusi Nasional (BRN). Hassan Taib, kepala kantor penghubung di Malaysia, menandatangani perjanjian dengan Paradorn untuk mengejar pembicaraan pada 28 Februari.
"BRN adalah kelompok utama yang menghasut kekerasan di selatan dan mereka adalah kelompok yang harus kita ajak bicara, tetapi mereka akan membutuhkan waktu untuk mengurangi jumlah serangan di selatan," Paradorn Pattanathabutr, sekretaris jenderal Dewan Keamanan Nasional Thailand mengatakan kepada wartawan di Kuala Lumpur.
"Tujuan utama kami saat ini adalah untuk mengurangi kekerasan."
Setidaknya 27 orang tewas di tiga provinsi selatan Patani, Yala dan Narathiwat sejak 28 Februari.
Tiga provinsi tersebut dulunya bagian dari kesultanan Muslim Melayu merdeka sampai dicaplok oleh mayoritas Budha Thailand pada tahun 1909.
Lebih dari 5.300 orang telah tewas dalam konflik di provinsi mayoritas Muslim di Thailand tersebut, sejak perjuangan umat Islam kembali dimulai pada 2004.
Masih belum jelas apa yang kelompok Muslim inginkan, meskipun beberapa mengatakan mereka sedang mencari otonomi atau pemerintahan sendiri.
Namun hal itu secara tegas dinafikan oleh pemerintah Thailand pada hari Kamis.
"Satu hal yang kita tidak akan pernah lakukan adalah memecah Thailand. Tidak akan ada negara merdeka dari Patani atau zona administratif khusus," kata Wakil Perdana Menteri Chalerm Yoobumrung kepada wartawan. (an/wb)