View Full Version
Senin, 20 May 2013

Polisi Tunisia Bentrok dengan Demonstran Salafi, 1 Tewas Belasan Luka

TUNIS, TUNISIA (voa-islam.com) - Polisi Tunisia telah bentrok dengan ratusan anggota kelompok Islam setelah pihak berwenang melarang kelompok Salafi dari mgadakan pertemuan tahunan.

Setidaknya satu pengunjuk rasa tewas di pinggiran Ettadhamen ibukota Tunis dan beberapa polisi serta demonstran terluka.

Polisi juga bentrok dengan pengunjuk rasa di pusat kota Kairouan di mana pertemuan Ansar Al-Syariah direncanakan.

Pemerintah melarang kongres tersebut pekan lalu, mengatakan itu menimbulkan ancaman terhadap keamanan publik.

Kelompok Salafi sebaliknya mendesak pendukungnya berkumpul untuk pertemuan di Ettadhamen.

Sekitar 500 pendukung Salafi dilaporkan telah turun di Ettadhamen pada hari Ahad (19/5/2013), mendirikan barikade dan melemparkan batu ke arah polisi yang membalas dengan menembakkan gas air mata.

Kantor berita pemerintah mengatakan bahwa seorang pria 27-tahun tewas dan 11 polisi terluka dalam pertempuran jalanan yang berlangsung setelahnya.

Polisi akhirnya memaksa demonstran mundur ke distrik tetangga Intilaka dimana bentrokan sporadis terus berlangsung hingga sore hari.

Kehadiran polisi besar-besaran di Kairouan juga gagal untuk mencegah kelompok Salafi dari berkumpul disana. Bentrokan pecah di pusat kota ketika polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan para pengunjuk rasa yang melemparkan batu.

Ansar al-Sharia mengatakan juru bicara mereka, Seifeddine Rais, telah ditangkap tapi itu tidak segera jelas mengapa.

Pemerintah pada hari Jumat mengatakan pihaknya melarang Ansar al-Syariah berkumpul di Kairouan karena telah "menunjukkan penghinaan terhadap lembaga-lembaga negara, menghasut kekerasan terhadap mereka dan menimbulkan ancaman terhadap keamanan publik".

Ansar al-Sharia menggunakan halaman Facebook-nya mengatakan kelompok itu memindahkan kongres ke Ettadhamen.

Tahun lalu kongres di Kairouan menarik sekitar 4.000 pendukung.

Partai Ennahda yang memerintah saat ini terpilih dalam pemilu setelah penggulingan Presiden Zine el-Abidine Ben Ali pada Januari 2011.

Partai ini berkuasa dalam koalisi dengan dua partai non-agama dan telah berjanji untuk tidak melarang alkohol atau memaksakan jilbab.

Sementara kelompok Salafi menginginkan hukum Islam ketat yang diberlakukan di Tunisia, dan menuntut pengenalan Syariah. (an/bbc)


latestnews

View Full Version