Jenewa (voa-islam.com) Menteri Luar Negeri AS John Kerry yang menghadiri World Economic Forum (WEF), di mana dihadiri para pemimpin politik dan bisnis seluruh dunia, yang berlangsung di Laut Mati, Sabtu, 26/5/2013.
Hadir para raksasa negara industri yang datang ke pertemuan WEF, nampaknya ingin membujuk kembalinya perundingan Palestina-Israel yang mengalami jalan buntu sejak lima tahun lalu.
"Sekarang kredibilitas proses perdamaian berada pada kondisi yang sangat rendah," kata Kerry pada hari Minggu, saat penutupan forum itu yang berlangsung selama dua hari.
Dalam perjalanan ke Timur Tengah empat bulan terakhir, dan pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang kurang bersemangat melakukan negosiasi kembali tentang perdamaian, dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang telah gagal berunding dengan Israel.
Tetapi, sekelompok 300 pemimpin bisnis Israel dan Palestina mengumumkan "Membuka Kebuntuan" perdamaian. "Kami ingin memberikan para politisi dengan perasaan bahwa bagian terbesar dari Israel mendukung negosiasi," kata Yossi Vardi, seorang pengusaha Israel yang bergerak dalam bidang usaha hi-tech. "Risiko terbesar adalah kita mulai memperlakukan konflik seperti penyakit kronis, bahwa itu adalah sesuatu yang tidak dapat diselesaikan."
Vardi bergabung WEF dengan Munib al-Masri, seorang konglomerat dari Tepi Barat yang kekayaannya mencapai $ 1,6 miliar. "Dari tahun 1999 hingga saat ini kami belum pindah," kata Masri. "Kami ingin bergerak."
Kerry mengatakan ingin membantu ekonomi Palestina dengan bentuk investasi yang nilainya $ 4 miliar dollar" di Tepi Barat, di bidang pariwisata, konstruksi, manufaktur ringan, bahan bangunan dan teknologi informasi, antara bidang lainnya.
Ini merupakan bujukan terselubung untuk memenangkan kepentingan Israel, yang sekarang ini sudah menghadapi kondisi yang sangat terpuruk. Dengan bangkitnya dunia Arab dan Islam, nampaknya Zionis-Israel, kehilangan pijakan dan tempat.
"Saya senang bahwa Perdana Menteri Netanyahu dan Presiden Abbas mendukung inisiatif ini," kata Kerry. Tetapi, selanjuntya sama sekali tidak jelas. Dalam negosiasi terakhir, Israel dan Palestina tetap masing-masing tidak bergeming, sementara itu, Zionis-Israel terus meningkat pembangunan di daerah-daerah pendudukan. af/wb.