BAGHDAD, IRAK (voa-islam.com) - Sebuah gelombang serangan mobil di daerah Baghdad dan Irak utara yang dimulai pada Senin (27/5/2013) pagi menewaskan sedikitnya 66 orang, kata sejumlah pejabat.
Kekerasan itu, termasuk pemboman di daerah-daerah Syi'ah Baghdad, berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan sektarian di Irak, dimana minoritas Sunni menyebut pemerintah yang dipimpin Syi'ah meminggirkan dan menyerang komunitas mereka.
Irak telah dihantam oleh gelombang serangan berdarah yang telah menewaskan lebih dari 350 orang dalam waktu dua pekan saja.
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan itu, namun militan Sunni yang terkait dengan Al-Qaidah, dikenal dengan nama Negara Islam Irak, sering melancarkan serangan bom terkoordinasi, terutama dengan sasaran Syi'ah.
Sepanjang bulan ini Baghdad dilanda serangan-serangan bom yang menewaskan puluhan orang.
Dengan korban-korban terakhir itu, lebih dari 470 orang tewas dalam kekerasan sepanjang bulan ini.
Serangan-serangan itu terjadi setelah gelombang kekerasan menewaskan lebih dari 240 orang dalam tujuh hari pada akhir April, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai kembalinya kerusuhan sektarian yang menewaskan puluhan ribu orang.
Kekerasan itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan jibaku di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Irak telah dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Meskipun kekerasan telah menurun tajam di Irak sejak puncak pemberontakan, gerilyawan masih mampu melakukan serangan mematikan nasional.
Gelombang terakhir pertumpahan darah telah meningkatkan ketegangan antara negara minoritas Sunni dan pemerintah yang dipimpin oleh Syi'ah. (st/AP)