BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Turki membantah laporan hari Senin (15/7/2013) bahwa pihaknya telah mengizinkan wilayah udaranya untuk digunakan oleh Israel untuk meluncurkan serangan udara terakhir ke Latakia, di pantai Suriah, yang diduga menargetkan pengiriman senjata Rusia. "Kami tidak akan pernah berkolaborasi dengan Israel atas masalah Suriah," seorang juru bicara dari Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan kepada The Daily Star, Senin.
"Laporan-laporan ini benar-benar tak berdasar," tambahnya, mengatakan bahwa, "[Laporan] yang cukup aneh, seperti ketika Anda melihat peta, tidak akan ada kebutuhan untuk pergi ke Turki."
Laporan tersebut, awalnya diberitakan oleh Russia Today, katanya, merupakan "upaya untuk mendiskreditkan kebijakan Turki di Suriah dan Timur Tengah yang lebih luas."
Sebelumnya pada hari itu, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davotuglu membantah laporan media lokal di Turki.
Hubungan Turki-Israel rusak berat ketika sembilan aktivis Turki tewas setelah tentara Israel menyerbu armada perdamaian ke Gaza pada Mei 2010. Bulan Mei ini, intervensi oleh Presiden AS Barack Obama menyebabkan sebagian hubungan mencair, dan Israel, untuk pertama kalinya, meminta maaf atas serangan itu.
Israel belum mengkonfirmasi atau menyangkal laporan yang muncul selama akhir pekan bahwa negara Yahudi berada di balik ledakan 5 Juli lalu di Latakia, yang diduga menargetkan rudal canggih anti jelajah Yakhont, yang dijual ke Suriah oleh Rusia.
Berbicara hari Ahad malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hanya akan mengatakan bahwa, "Kebijakan saya adalah untuk mencegah transfer senjata berbahaya untuk Syi'ah Hizbullah di Libanon dan juga kelompok teror lainnya. Dan kita tetap teguh dengan kebijakan itu. "
Ini menjadi serangan keempat Israel terhadap Suriah tahun ini, The New York Times melaporkan pada akhir pekan, dan keterlibatan Israel terungkap setelah oposisi Suriah membantah keterlibatan mereka dalam ledakan di Latakia, laporan tersebut menambahkan. (st/tds)