MANDALAY, MYANMAR (voa-islam.com) - Sebuah ledakan di sebuah mobil yang diparkir beberapa meter jauhnya dari seorang biksu Budha radikal melukai empat orang pada sebuah upacara massa di Myanmar utara, kata polisi, Senin (22/7/2013).
Ledakan tersebut terhadi pada Ahad (21/7/2013) malam di kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay, menurut polisi dan para saksi. Ledakan terjadi dalam upacara yang dilakukan oleh Wirathu, seorang biksu yang terkenal karena sangat anti-Muslim dan pernah menyebut dirinya sebagai "Bin Laden Burma".
Dua biksu Budha di antara mereka yang dirawat di rumah sakit karena luka tapi Wirathu tidak termasuk di antara mereka.
"Sebuah ledakan kecil meledak di sebuah mobil yang diparkir sekitar 40 meter dari biksu U Wirathu," kata seorang perwira polisi Mandalay kepada Reuters melalui telepon, mengacu pada biksu tersebut. Petugas meminta anonimitas karena ia tidak berwenang berbicara kepada media.
Tidak segera jelas apa yang menyebabkan ledakan atau hasil dari penyelidikan awal polisi.
Seorang saksi mata mengatakan keamanan telah ditingkatkan di Mandalay. Bahkan sejak sebelum ledakan, keamanan telah diperketat pekan ini selama acara umat Budha yang diadakan di ibukota komersial, Yangon.
Ledakan itu terjadi pada hari kelima dan terakhir dari khotbah massal yang diselenggarakan oleh Wirathu, seorang Biksu anti Muslim pemimpin sebuah akar rumput yang dikenal sebagai gerakan 969. Gerakan itu telah memprovokasi sentimen anti-Muslim di negara mayoritas Buddha, di mana pembatasan pada kebebasan berbicara dan berkumpul telah mereda sejak berakhirnya kekuasaan militer dua tahun lalu.
Sebuah penyelidikan Reuters bulan lalu menunjukkan para biksu 969 memberikan pembenaran moral bagi gelombang pertumpahan darah anti-Muslim di Myanmar.
Pejabat pemerintah tidak tersedia untuk komentar. Kantor Presiden Thein Sein telah mengklaim 969 sebagai "simbol perdamaian" dan menyatakan Wirathu sebagai "putra Sang Budha".
Setidaknya 237 orang telah tewas, sebagian besar adalah Muslim, dalam kekerasan agama di Myanmar selama tahun lalu dan sekitar 150.000 orang mengungsi. Insiden paling mematikan terjadi di negara bagian Rakhine, di mana sekitar 800.000 Muslim Rohingya hidup. (an/Reuters)