View Full Version
Rabu, 24 Jul 2013

11 Tewas dalam 2 Hari Bentrokan Antara Pendukung dan Penentang Mursi di Kairo

KAIRO, MESIR (voa-islam.com) - Setidaknya 11 orang tewas dalam dua hari bentrokan antara pendukung dan penentang Presiden Mesir terguling Muhammad Mursi, Press TV melaporkan.

Pada hari Selasa (23/7/2013), orang-orang bersenjata menyerang sebuah aksi duduk di dilakukan oleh para pendukung mantan Presiden Muhammad Mursi, dekat Universitas Kairo, menembak mati dua dari mereka.

Korban tewas dari bentrokan pada Senin dan Selasa naik menjadi 11 orang.

Sementara itu, anggota keluarga Mursi mengatakan mereka akan mengambil tindakan hukum terhadap panglima militer Mesir Jenderal Abdel Fattah Al-Sisi karena menahan presiden yang digulingkan di penahanan.

"Pada tingkat pribadi, kita segera akan memulai proses kami melawan Abdel Fattah al-Sisi dan junta nya baik secara domestik maupun internasional," kata Usamah Mursi, putra presiden terguling.

Pada hari Senin, Presiden interim Mesir Adly Mansour menyerukan rekonsiliasi nasional, mengatakan bahwa hal itu diperlukan bagi negara Afrika Utara tersebut untuk bergerak maju.

"Sudah waktunya untuk membangun sebuah bangsa, berdasarkan rekonsiliasi dengan masa lalu demi masa depan," kata Mansour, menambahkan, "Kami ingin membuka halaman baru, bebas dari prasangka, kebencian dan perpecahan."

Pada tanggal 3 Juli, tentara Mesir menggulingkan Presiden pertama Mesir dari kelompok Islam Ikhwanul Muslimin yang terpilih secara demokratis, Muhammad Mursi, dari kekuasaanya, membekukan konstitusi dan menyatakan kepala Mahkamah Konstitusi, Adly Mansour, sebagai presiden interim Mesir.

Lebih dari 100 orang telah tewas dalam gelombang bentrokan tak henti-hentinya antara pendukung Mursi, lawan-lawannya, dan pasukan keamanan sejak presiden digulingkan oleh militer dan diletakkan di bawah penahanan "preventif."

Warga Mesir yang terinspirasi oleh Musim Semi (pemberontakan-Red) Arab meluncurkan revolusi melawan rezim Hosni Mubarak yang pro-Israel, pada tanggal 25 Januari 2011, yang akhirnya mengakhiri 30 tahun kediktatorannya pada 11 Februari 2011. (st/ptv)


latestnews

View Full Version