View Full Version
Jum'at, 26 Jul 2013

Demi Makanan Untuk Tentaranya, Suriah Terpaksa Bebaskan 80 Tahanan Oposisi

ALEPPO, SURIAH (voa-islam.com) - Demi menghindari tentara mereka mati kelaparan menyusul blokade yang dilakukan pejuang oposisi, rezim Bashar Al-Assad akhirnya terpaksa membebaskan 80 anggota oposisi Suriah yang mereka tahan sebagai pertukaran untuk suplai makanan kepada tentara mereka diwilayah yang dikepung pihak oposisi.

Delapan puluh anggota oposisi Suriah tersebut dibebaskan dari penjara pusat Aleppo dibawah perjanjian yang disebut "Makanan untuk kebebasan" yang diperantarai oleh Palang Merah Suriah.

Berdasarkan perjanjian tersebut, kelompok pejuang Islam Suriah dari Brigade Ahrar Al-Sham yang telah mengepung bagian-bagian dari kota yang dikontrol pemerintah akan membuka blokade mereka untuk mengizinkan pasukan Suriah mendapatkan lebih banyak persediaan makanan yang mereka butuhkan.
 
Pelepasan para tahanan dan kesepakatan di balik itu dipandang sebagai niat baik dari pejuang oposisi Suriah terhadap tentara rezim Bashar Al-Assad.

"Untuk oposisi Suriah, bagaimanapun, itu adalah pengakuan kekuatan mereka oleh rezim Suriah," kata wartawan Al Jazeera Mohammed Adow, yang melaporkan dari Aleppo.

Pemerintah Suriah larang ICRC kirim bantuan untuk warga sipil di Homs

Berbeda dengan pejuang oposisi Suriah yang mengizinkan suplai makanan ke wilayah tentara pemerintah yang berada dalam pengepungan mereka, pihak berwenang Suriah justru tidak mengizinkan bahan makanan dan obat-obatan diberikan kepada warga sipil di wilayah pejuang oposisi yang dikepung oleh militer Assad.

Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan pihak berwenang Suriah memblokir akses ke kota tua Homs, di mana warga sipil yang terperangkap sangat membutuhkan makanan dan obat-obatan.

Komite Internasional Palang Merah (ICRC), dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Rabu, memperingatkan kemungkinan konsekuensi "tragis" jika bantuan tidak datang segera di Homs.

Badan itu mengungkapkan Jumat pekan lalu bahwa badan itu telah menegosiasikan sebuah jeda kemanusiaan untuk dapat memasuki Homs, di mana pasukan Presiden Bashar Al-Assad telah mengepung dan melakukan serangan hebat melawan pejuang oposisi dengan serangan udara dan artileri.

"Kami telah berusaha, selama hampir 20 hari sekarang, untuk membawa masuk obat-obatan dan bantuan lainnya ke kota tua Homs," kata Magne Barth, kepala delegasi ICRC di Suriah, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Jenewa.

"Meskipun negosiasi panjang antara ICRC dengan pemerintah Suriah, dan tiga perjalanan bolak-balik antara Damaskus dan Homs, kami masih belum menerima lampu hijau dari pihak berwenang Suriah," katanya.

Homs, di pusat Suriah, adalah pusat dari pemberontakan bersenjata yang tumbuh dari protes jalanan rakyat terhadap lebih dari empat dekade pemerintahan keluarga Assad.

Sekitar 2.000 orang kini diyakini terperangkap di sana, badan-badan bantuan mengatakan.

Mencapai puluhan ribu orang di wilayah dikelilingi oleh pasukan pemerintah atau kelompok oposisi bersenjata tetap menjadi salah satu tantangan terberat yang dihadapi ICRC di Suriah, kata lembaga itu.

Menurut hukum kemanusiaan internasional, pihak yang bertikai wajib untuk mengijinkan jalur cepat yang aman dari bantuan kemanusiaan bagi warga sipil.

"Mereka juga harus mengizinkan warga sipil di daerah-daerah dikepung oleh pertempuran untuk pergi ke daerah yang lebih aman, jika mereka ingin melakukannya.

"Sayangnya, kewajiban ini tidak selalu terpenuhi," kata lembaga itu. (st/aje)


latestnews

View Full Version