Cairo (voa-islam.com) Menteri Dalam Negeri Mesir, Mohamad Ibrahim, mengatakan akan mengembalikan kebijakan era Presiden Mubarak, yaitu menangkap, menyiksa, dan menahan, meskipun hal itu sudah ditinggalkan sejak jatuh Presiden Mubarak, Sabtu, 27/7/2013.
Kemudian, Menteri Dalam Negeri Mesir Mohamad Ibrahim, juga mengatakan para pendukung Presiden Mursi yang masih menduduki tempat-tempat di seluruh kota Mesir, selanjutnya akan dibubarkan dengan paksa, dan para pemimpin Ikhwan akan dijebloskan ke dalam penjara.
Selanjutnya, Ibrahim mengatakan bahwa dirinya telah mengeluarkan surat penangkapan terhadap para pemimpin Ikhwanul Muslimin atas tuduhan menghasut untuk pembunuhan segera ditangkap.
"Aksi demonstrasi yang berlangsung telah menimbulkan kerugian nasional", ujarnya. Ibrahim juga menginginkan para pendukung Mursi bersedia bubar denan suka rela tanpa adanya tindakan kekerasan oleh aparat keamanan.
"Kementerian Dalam Negeri akan berkoordinasi dengan Angkatan Bersenjata dalam pembubaran dan penangkapan terhadap para pemimpin Ikhwan", tambahnya.
Menteri Dalam Negeri Mohamad Ibrahim juga mengatakan pihaknya akan mengaktifkan kembali Departemen Dalam Negeri yang bertugas memantau "ekstremisme" dan aktivitas politik di Mesir.
Kelompok hak asasi manusia di masa lalu telah menuduh Departemen Dalam Negeri telah melakukan penyiksaan secara sistematis terhadap tokoh Islam dan oposisi, yang ditolak oleh Kementerian Dalam Negeri pada saat itu.
Ibrahim juga mengatakan bahwa Akademi Kepolisian akan meninjau 70 taruna polisi yang kemungkinan afiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
"File mereka akan ditinjau sebelum keputusan diambil pada mereka," katanya.
Sebelum 2011 Revolusi Mesir yang menggulingkan Mubarak, Ikhwanul Muslimin telah dilarang dan menghadapi pendzaliman selama enam dekade.
Tapi petugas medis di rumah sakit lapangan didirikan di alun-alun mengatakan sedikitnya 300 orang telah tewas dan ribuan terluka.
Kementerian Dalam Negeri membantah bahwa polisi telah "menembakkan peluru terhadap demonstran," tetapi malah menyalahkan Ikhwanul Muslimin atas terjadinya insiden. af/hh