TUNIS, TUNISIA (voa-islam.com) - Amina Sboui, seorang aktivis perempuan Tunisia yang kerap melakukan aksi telanjang dada di media sosial sebagai bentuk protes, mengatakan pada hari Selasa (20/8/2013) ia meninggalkan kelompok protes perempuan radikal, Femen, yang selama ini ia ikuti, menuduhnya Islamophobia.
"Saya tidak ingin nama saya dikaitkan dengan organisasi Islamophobia," katanya kepada edisi Maghreb dari Huffington Post.
"Aku tidak menghargai tindakan yang diambil oleh gadis-gadis yang berteriak 'Amina Akbar, Femen Akbar' di depan kedutaan Tunisia di Paris," kata Sboui.
Teriakan-terikan tersebut adalah parodi dari Allahu Akbar (Allah Maha Besar), sebuah kalimat yang sering digunakan oleh umat Islam untuk mengekspresikan pujian kepada Alllah Subhanahu Wata'ala.
Amina juga mengecam pembakaran bendera Tauhid hitam, Laa Ilaha Illallah, di depan sebuah masjid di Paris.
"Itu menyinggung banyak Muslim dan banyak teman-teman saya. Kita harus menghormati agama semua orang," tambahnya.
Protes Femen berlangsung saat Sboui ditahan dalam penahanan pra-sidang untuk coretan kata "Femen" pada tembok makam sebagai protes atas pertemuan yang direncanakan para anggota Salafi pada bulan Mei di pusat kota Kairouan.
Dia akhirnya dilepas pada awal Agustus, setelah menjalani masa tahanan selama tiga bulan, sambil menunggu pengadilan dirinya untuk aksi vandalisme terhadap kuburan.
Wanita muda itu juga mengkritik kurangnya transparansi keuangan Femen, gerakan yang didirikan di Ukraina dan sekarang berbasis di Paris, yang telah menjadi terkenal karena kerap melakukan aksi protes dengan telanjang dada melawan kediktatoran dalam mendukung hak-hak perempuan.
"Saya tidak tahu bagaimana gerakan ini dibiayai. Aku bertanya kepada (pemimpin Femen Inna Shevchenko) beberapa kali, tapi aku tidak mendapatkan jawaban yang jelas. Aku tidak ingin berada dalam suatu gerakan yang didukung oleh uang mencurigakan. Bagaimana jika itu dibiayai oleh Israel? Aku ingin tahu. "
Amina, yang kini menyebut dirinya sebagai "anarkis", memicu skandal dan gelombang dukungan online awal tahun ini setelah dia diancam oleh kelompok Islam garis keras Tunisia karena memposting gambar topless dirinya di Facebook.
Pada akhir Mei, tiga aktivis Femen - dua warga Prancis dan Jerman - ditangkap, dan akhirnya dibebaskan, karena mempertontonkan payudara mereka di luar gedung pengadilan utama Tunis, dalam demonstrasi mendukung Amina.
Meski menyatakan diri keluar dari Femen, namun hal itu tidak membuatnya insyaf dan berhenti total untuk melakukan aksi dosa dan tak sesuai norma, protes telanjang dada sebagaimana yang dilakukan oleh para anggota Femen. Baru pekan lalu, Amina Sboui menerbitkan gambar topless dirinya yang baru di Internet menyalakan bom bensin dengan rokok. (st/tds)
Foto: Aksi kontra Femen