Brussel (voa-islam.com) Negara-negara yang tergabung Uni Eropa sepakat menghentikan izin ekspor semua peralatan yang bisa digunakan untuk melakukan penindasan di Mesir.
Namun, Uni Eropa memutuskan akan tetap melanjutkan bantuan kemanusiaan, seperti disampaikan oleh Ketua Kebijakan Luar Negeri UE, Catherine Ashton, usai pertemuan di Brussels, Rabu 21 Agustus.
"Kami dengan keras mengecam semua tindakan kekerasan dan kami yakin bahwa tindakan militer baru-baru ini sudah di luar proporsinya," kata Ashton kepada para wartawan.
Dia menambahkan negara-negara anggota Uni Eropa secara bulat ingin meneruskan dukungan kepada rakyat yang miskin Mesir. Ashton juga mendesak agar semua pihak di Mesir menghentikan kekerasan dan provokasi serta terlibat dalam dialog nasional yang terbuka bagi semua pihak.
Menghadapi Kekerasan
Ekspor senjata ke Mesir selama ini tidak dilakukan sebagai kebijakan oleh Uni Eropa, namun oleh sejumlah, seperti Jerman, Prancis, dan Spanyol.
Ashton bulan lalu berkunjung ke Mesir dan mendapat izin bertemu dengan Presiden Mohamad Mursi yang kini berada dalam tahanan yang dirahasiakan setelah digulingkan oleh milier pada 3 Juli lalu.
Dia mengatakan keinginannya untuk kembali berkunjung ke Mesir melihat perkembangan situasi jika memang diinginkan pemerintah sementara Mesir.
Para menteri luar negeri UE menggelar pertemuan sepekan setelah lebih dari 3.000 orang tewas akibat pembantaian oleh militer Mesri.
Sebagian besar korban adalah para pendukung Mohammad Mursi, yang menuntut agar dia dipulihkan kembali kekuasaan Presiden Mursi.
Mesir bisa terjerumus menjadi negara gagal (state failed) dan meluaskan aksi kekerasan yang akan mewarnai kehidupan di Mesir, sesudah terjadi pembantaian yang sangat mengerikan yang dilakukan oleh militer. Militer Mesir benar-benar melakuan horor yang sangat dahsyat terhadap rakyatnya. mshd/wb