View Full Version
Senin, 23 Sep 2013

Komandan Puncak MNLF Lolos dari Kepungan Militer Filipina

ZAMBOANGA CITY, FILIPINA SELATAN (voa-islam.com) - Seorang komandan puncak  Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) Khabir Malik, yang memimpin pasukan pejuang Moro dalam serangan di Kota Zamboanga, kemungkin sudah lolos dari kepungan militer dan bergabung kembali dengan pasukannya di Filipina selatan, salah satu sumber intelijen mengatakan kepada surat kabar daerah Mindanao Examiner.

Malik, seorang pembantu terpercaya pemimpin MNLF Nur Misuari, memimpin sekitar 200 pejuang Moro menyerbu Zamboanga pada 9 September untuk menggunakan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri. Dia dilaporkan meloloskan diri dengan speedboat dengan orang-orang terpercaya-nya.

Tidak segera diketahui apakah Malik - yang menghadapi tuduhan pemberontakan bersama dengan anak buahnya - telah kembali ke provinsi Sulu atau mencari perlindungan yang aman di provinsi Basilan. Laporan ini tidak dapat secara independen dikonfirmasi, namun pejabat keamanan, mengutip mantan sandera yang dibebaskan oleh pejuang MNLF mengatakan Malik terperangkap di desa Santa Catalina Zamboanga.

Malik, pejuang veteran MNLF, sebelumnya telah menyandera lebih dari selusin prajurit, termasuk Jendral Marinir Benjamin Dolorfino pada tahun 2007 di provinsi Sulu.

Pasukan pejuang Moro di bawah Malik dan Khaid Ajibun menahan Dolorfino dan wakil Sekretaris Pertahanan Ramon Santos dan 23 tentara dan staf penasehat perdamaian Presiden, Sekretaris Jesus Dureza dan menuntut pembebasan Misuari, yang saat itu ditahan di Manila atas tuduhan pemberontakan.

Misuari menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah Filipina pada bulan September 1996, mengakhiri lebih dari 20 tahun pertempuran berdarah di Mindanao.

Setelah perjanjian damai ditandatangani, Misuari menjadi gubernur wilayah otonomi Muslim. Tapi mantan pejuang Moro banyak yang tidak puas dengan kesepakatan itu, mengatakan, pemerintah gagal memenuhi beberapa ketentuan dan mengangkat standar hidup mereka.

Mereka menuduh pemerintah gagal untuk mengembangkan daerah yang dilanda perang di Selatan, yang tetap terperosok dalam kemiskinan, dijaga ketat militer dan bergantung secara finansial pada Manila.

Pada bulan November 2001, pada malam pemilihan di daerah otonom, Misuari menuduh Pemerintah mengingkari perjanjian damai, dan para pengikutnya meluncurkan pemberontakan baru di Sulu dan Zamboanga City, dimana lebih dari 100 orang tewas.

Misuari meloloskan diri dengan perahu ke Malaysia, tapi ditangkap di sana dan dideportasi ke Filipina. Dia akhirnya dibebaskan pada 2008 setelah Manila mencabut semua tuduhan terhadap dirinya karena kurangnya cukup bukti.

Dia terakhir dilaporkan bergerak dari satu pulau ke pulau lain di kepulauan Sulu untuk menghindari deteksi oleh pasukan keamanan dan telah bersembunyi sejak bulan lalu setelah polisi mengancam akan menempatkan tuduhan penghasutan terhadap dirinya.

Bentrokan sporadis masih berlanjut di Kota Zamboanga dengan otoritas mengatakan para pejuang MNLF sekarang kekurangan  makanan dan amunisi setelah tentara merebut beberapa posisi penting di desa Santa Barbara yang telah sebelumnya dikuasai oleh pasukan MNLF.

Pihak militer mengatakan sedikitnya 78 pejuang MNLF telah gugur dan lebih dari 130 orang lain entah ditangkap atau menyerah sejak pertempuran dimulai. Lima belas tentara dan polisi juga tewas dalam bentrokan dan setidaknya 126 lainnya terluka. (ab/me)


latestnews

View Full Version