View Full Version
Kamis, 24 Oct 2013

Thailand Perketat Keamanan di Yala Menjelang Peringatan Pembantaian Tak Bai

YALA, THAILAND SELATAN (voa-islam.com) - Pihak berwenang Thailand melakukan langkah-langkah pengamanan ketat di provinsi Yala menjelang ulang tahun kesembilan pembantaian Tak Bai pada hari Jumat, kata laporan-laporan.

Komandan Militer Wilayah keempat Letnan Jenderal Sakon Chuentrakul pada Kamis (24/10/2013) pagi mengadakan pertemuan dengan para komandan dari semua satuan tugas militer dan kompi paramiliter yang beroperasi di Yala, termasuk uga kepala polisi Yala. Dia memerintahkan mereka untuk memastikan langkah keamanan yang ketat untuk hari Kamis dan Jumat.

Letjen Sakon mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa ada kemungkinan para pejuang Islam Patani akan melancarkan serangan di pedalaman Selatan Thailand, termasuk Yala, pada 25 Oktober untuk menandai ulang tahun kesembilan dari pembantaian Tak Bai, menurut laporan-laporan.

Dilaporkan bahwa polisi telah mendirikan pos-pos pemeriksaan keamanan di semua jalan menuju kota Yala. Semua kendaraan memasuki kota sedang diperiksa secara hati-hati.

Pembantaian Tak Bai

Peristiwa Tak Bai sendiri adalah salah satu insiden pembantaian umat Muslim di wilayah selatan Thailand yang paling terkenal sejak perjuangan pemisahan diri dimulai lagi pada awal 2004.

Peristiwa ini bermula di desa kecil (Tak Bai) ketika 6 anggota Pertahanan Sipil diantaranya termasuk empat orang ustadz ditangkap dengan tuduhan menyerahkan senjata kepada kelompok pejuang Patani. Masyarakat yang tahu duduk perkaranya menuntut pembebasan keenam warga itu. Mereka mengatakan senjata anggota pertahanan sipil itu memang benar-benar hilang dicuri orang. Namun aparat keamanan Thailand membantah keterangan masyarakat tersebut.

Pada 25 Oktober 2004 bersamaan saat bulan puasa Ramadhan, sekitar 2.000-3.000  Muslim di Tak Bai melakukan aksi demonstrasi di depan kantor polisi setempat menuntut pembebasan keenam orang yang ditangkap. Awalnya, petugas keamanan yang terdiri atas polisi dan tentara mencoba membubarkan para demonstran yang terus berteriak-teriak. Namun, bukannya membubarkan diri. Malah, jumlah para  demonstran semakin bertambah banyak.

Aparat keamanan yang hilang kesabaran mulai menembaki para demonstran dengan gas air mata, senjata api, dan senjata air. Militer Thailand juga menangkapi para demonstran dan memasukkannya ke dalam truk-truk yang sudah disiapkan untuk dibawa ke kamp militer Inkayuth Bariharn, Patani. Pihak militer dan polisi Thailand menghajar pengunjuk rasa dengan popor senjata, pukulan, dan tendangan. Para pengunjuk rasa dipaksa berkumpul dengan merangkak di jalan aspal tanpa baju dengan hanya bercelana dibawah kawalan ketat tentara. Darah yang mengucur di mana-mana tidak mengurangi kebengisan aparat keamanan. Mereka juga menganiaya ibu-ibu dan anak-anak yang ditangkap dan dikumpulkan di kantor polisi Tak Bai.

Para demonstran ditumpuk di dalam truk militer hingga 5 lapis, mengakibatkan ratusan tewas akibat mati lemas dan patah leher.

Sekitar 1.300 pengunjuk rasa diangkut dengan enam truk dengan tangan terikat ke belakang. Dalam kondisi terikat dan berpuasa, tubuh-tubuh mereka dilemparkan ke atas truk militer Thailand. Para tawanan itu bertumpukan hingga lima lapis. Tidak cukup hanya itu, truk militer tersebut juga ditutup lagi dengan terpal selama perjalanan 5,5 jam menuju Markas Komando Militer IV Wilayah Selatan.

Pada awalnya, jumlah korban dilaporkan hanya 6 orang, kemudian meningkat dengan mendadak menjadi 84 orang. Menurut penduduk setempat, jumlah korban sebenarnya melebihi daripada 100 orang.

Statistik yang diberikan oleh seorang pengamat independen menjelaskan bahwa 6 orang mati serta merta terkena tembakan, 78 orang mati di rumah sakit, 35 mayat ditemui terapung di dalam sungai, kebanyakan para korban mati lemas dan beberapa di antaranya mengalami patah tulang leher dan 1298 orang mengalami luka-luka. (ab/bp,voi)


latestnews

View Full Version