RIYADH (voa-islam.com) - Bak orang yang takut bercerai karena ketauan selingkuh, Menteri Luar Negeri John Kerry tiba di Riyadh, Arab Saudi, (3/11/2013) untuk memperbaiki hubungan dengan sekutu lamanya yang sempat terganggu akibat kedekatan AS terhadap Iran. AS bermaksud 'menjilat' Iran dalam mendamaikan konflik Syiah-Sunni di Suriah, namun malah di maknai Arab Saudi sebagai selingkuh dengan syiah.
Sambutan Menteri Luar Negeri Pangeran Saud Al-Faisal bin Abdulaziz al-Saud cukup hangat meski hubungan AS dengan Arab Saudi sempat renggang terkait penyelesaian konflik Suriah tersebut. Arab Saudi marah karena menganggap pembicaraan damai untuk menyelesaikan konflik di Suriah yang disponsori oleh AS bisa memunculkan pemimpin baru Suriah yang didukung Iran.
Selain itu, AS mulai menunjukkan tanda-tanda akan berdamai dengan Iran melalui program penyelesaian nuklir Iran.
Melalui kunjungan ini, Kerry berharap bisa memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi karena negara ini juga merupakan rekanan penting dalam bidang perdagangan.
Arab Saudi Tak Buka Mata Terkait Hubungan Gelap AS & Israel Yang Mendukung Gejojak Irak, Palestina, Libanon, Mesir, Iran Dan Suriah
Bagai duri dalam daging, Iran merupakan musuh bebuyutan Arab Saudi sejak lama dan mengkhawatirkan Iran sebagai kekuatan syiah terkuat di jazirah Arab yang kerap menyokong aliran sesat syiah di Suriah, Irak, Libanon. Dibalik itu zionis Israel diam-diam mendukung Iran.
Arab Saudi marah kepada Presiden AS Barack Obama karena membatalkan serangan terhadap Suriah. Meski di pihak lain, Arab Saudi 'main mata' dengan kelompok militan Jaisyul Islam, yang dicurigai banyak kalangan di Suriah sebagai bentukan rezim thoghut Arab Saudi untuk melawan pengaruh mujahidin lainnya yang semakin kuat di negara itu, terutama yang memiliki hubungan kedekatan dan garis Al Qaeda.
Amerika Serikat tak rela Arab Saudi galau terlalu lama yang kini telah rujuk dengan 'pacar gelap' kafirin AS. Inilah Rezim Saudi. [aljazeera/jabir/voa-islam.com]