BAGHDAD, IRAK (voa-islam.com) - Pasukan keamanan Irak menyiapkan "serangan besar" untuk merebut kembali kota Fallujah dari mujahidin Al-Qaidah pada hari Ahad, kata seorang pejabat senior pemerintah Ahad (5/1/2014).
Pasukan khusus sudah melakukan operasi di kota tersebut, kata pejabat itu. Tentara reguler telah berhenti di pinggir kota untuk memberikan penduduk waktu untuk pergi, menunggu perintah untuk memulai "serangan untuk menghancurkan para teroris". pejabat itu menambahkan.
Pada hari Sabtu, seorang pejabat senior keamanan di provinsi Anbar mengatakan Fallujah berada di bawah kendali kelompok Al-Qaidah Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS).
Washington mengatakan akan membantu Baghdad dalam pertempuran melawan mujahidin Al-Qaidah tapi negara itu tidak akan ada mengirimkan kembali pasukan AS ke Irak.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan pada hari Ahad bahwa Washington siap untuk membantu Baghdad dalam pertempuran melawan mujahidin, tetapi menambahkan bahwa itu adalah "pertempuran mereka".
"Kami tentu saja tidak memikirkan kembali, kita tidak memikirkan menempatkan pasukan di lapangan," kata Kerry kepada wartawan di Yerusalem.
Benteng mujahidin
ISIS adalah inkarnasi terbaru dari afiliasi Al-Qaidah Irak dan telah membuat comeback yang mencolok tahun ini, mengambil keuntungan dari ketidakpuasan yang meluas di kalangan Sunni dan kelompok itu menemukan basis-basis baru di negara tetangga Suriah, di mana mereka telah menjadi pemain utama dalam konflik hampir tiga tahun di negara tersebut.
Mujahidin ISIS juga telah menguasai bagian dari Ramadi, ibukota provinsi, dan pada hari Ahad menguasai desa terdekat Bubali setelah pertempuran sengit, kata seorang saksi mata.
Ramadi dan Fallujah adalah benteng dalam pemberontakan melawan pasukan Amerika dan pemerintah Irak setelah tahun 2003. Fallujah menjadi sasaran dua serangan besar oleh pasukan AS dimana mereka juga menderita kerugian terbesar dari kota itu.
Kekerasan di Irak tahun lalu mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak 2008, ketika negara itu muncul dari periode brutal pembunuhan sektarian antara Muslim Sunni dan Syi'ah tahun 2006-2007 yang menewaskan puluhan ribu orang. (st/AFP)