BAGHDAD, IRAK (voa-islam.com) - Perdana Menteri Syi'ah Irak mendesak orang-orang Sunni di kota Falluja pada hari Senin (6/1/2014) untuk mengusir mujahidin Al-Qaidah untuk mendahului serangan militer yang para pejabat mengatakan bisa diluncurkan dalam beberapa hari.
Dalam sebuah pernyataan di televisi negara, Nuri Al-Maliki, seorang penganut Syiah yang pemerintahnya memiliki sedikit dukungan dari Fallujah yang didominasi Sunni, mengatakan para pemimpin suku harus membantu mengusir para mujahidin, yang pekan lalu merebut kota-kota kunci di padang gurun menuju ke perbatasan Suriah.
"Perdana menteri memohon kepada suku-suku dan masyarakat Falluja untuk mengusir teroris dari kota dalam rangka untuk menghindarkan mereka sendiri dari risiko bentrokan bersenjata," bunyi pernyataan itu.
Seorang pejabat provinsi mengklaim pasukan keamanan telah kembali menguasai kota lain, Ramadi, memaksa mujahidin di sebelah timur di mana mereka bertahan di masjid-masjid dan rumah-rumah. Serangan udara akan mendorng mereka keluar, katanya kepada Reuters.
"Angkatan udara akan mengakhiri pertempuran ini dalam beberapa jam ke depan," kata Falih Al-Essawi, anggota dewan yang menjalankan provinsi Anbar, menambahkan bahwa pekerja pemerintah dan mahasiswa di Ramadi telah diperintahkan untuk kembali bekerja dan bersekolah pada hari Selasa.
Dua pemimpin suku setempat di Falluja mengatakan pertemuan yang diadakan dengan para ulama dan tokoh masyarakat untuk menemukan cara untuk membujuk mujahidin dari Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS) untuk meninggalkan Fallujah dan mencegah kekerasan lebih lanjut.
Pasukan Irak telah membombardir dan meluncurkan beberapa serangan udara terhadap gerilyawan selama sepekan terakhir, sementara suku Sunni bersenjata dari daerah itu berjuang di kedua sisi. Para pejabat mengklaim puluhan mujahidin telah gugur, namun jumlah korban di kalangan warga sipil, pasukan keamanan dan milisi suku belum jelas.
Maliki memerintahkan tentara, yang saat ini berada di sekitar Falluja, tidak menyerang wilayah pemukiman ketika pasukannya mempersiapkan serangan yang memiliki gema serangan AS pada 2004 di kota tersebut, sekitar 40 km barat dari bandara utama Baghdad.
Para pejabat keamanan mengatakan Maliki, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, telah sepakat untuk menahan serangan setidaknya untuk saat ini untuk memberikan para pemimpin suku di Fallujah lebih banyak waktu untuk mengusir para mujahidin Sunni.
"Tidak ada batas waktu spesifik yang ditentukan, tetapi itu tidak akan terbuka, " kata seorang perwira pasukan khusus tentang rencana untuk peyerangan.
"Kami tidak siap untuk menunggu terlalu lama. Kita bicara tentang hitungan hari saja. Lebih banyak waktu berarti lebih kuat untuk teroris".
Tampaknya Nuri Al-Maliki tidak ingin pasukannya banyak menjadi korban dalam perang melawan mujahidin Al-Qaidah di Fallujah, oleh karenanya dia mendesak para warga Sunni untuk melawan mereka.
Selain ingin mengadu domba antara sesama Muslim Sunni (mujahidin Al-Qaidah dan warga Sunni), Nuri Al-Maliki juga ingin mengulang sukses taktik yang pernah digunakan oleh Amerika Serikat dan dan pemerintah boneka Irak di tahun 2006 lalu saat mereka menggunakan suku-suku Sunni di Anbar untuk memerangi mujahidin yang pernah menguasai provinsi Anbar termasuk kota Fallujah.
Para suku Sunni bayaran yang tergabung dalam milisi Sahwa itu menjadi kepanjangan tangan Amerika dan pemerintah boneka Irak sebagai garda terdepan dalam memerangi mujahidin. Merekalah yang menjadi penyebab umum dengan pasukan AS berhasil mengusir Al-Qaidah dari wilayah tersebut. (st/tds)