View Full Version
Ahad, 19 Jan 2014

Libya Umumkan Negara dalam Keadaan Darurat

TRIPOLI, LIBYA (voa-islam.com) - Libya telah mengumumkan keadaan darurat di negara itu setelah orang-orang bersenjata berat untuk sementara merebut sebuah pangkalan militer di selatan.

Kongres Umum Nasional Libya membuat keputusan dalam suatu "sesi yang luar biasa" pada hari Sabtu (18/1/2014) setelah parlemen memerintahkan tentara dalam keaadaan waspada ketika orang bersenjata menyerbu pangkalan udara Tamahind di dekat kota selatan Sebha, di mana bentrokan telah berkecamuk selama beberapa hari, kata seorang pejabat.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Abdul Raziq - al- Shabahi mengatakan kepada wartawan di Tripoli bahwa tentara telah kembali menguasai markas tersebut setelah serangan udara.

"Sebuah kekuatan disiapkan, kemudian pesawat-pesawat bergerak dan lepas landas dan menghadapi target," kata Shabahi .

Dia menambahkan bahwa tentara mengejar para milisi bersenjata setelah mereka melarikan diri ke padang gurun.

"Situasi di selatan ... membuka kesempatan bagi beberapa penjahat ... yang setia kepada rezim Kadhafi untuk mengeksploitasi ini dan untuk menyerang pangkalan angkatan udara Tamahind," kata Shabahi." Kami akan melindungi revolusi dan rakyat Libya."

Sebelumnya pada hari itu, Perdana Menteri Libya Ali Zeidan di televisi nasional untuk mengumumkan ia telah memerintahkan tentara untuk dikirim ke selatan untuk mengakhiri hari bentrokan antara milisi saingan dan suku di sana.

Dia mengatakan kepada rakyat Libya bahwa sekelompok pria bersenjata telah menyerbu pangkalan udara di luar Sebha, tapi tentara memegang kendali kota dan bandara sipil.

"Konfrontasi ini (di pangkalan udara) terus berlanjut tetapi dalam beberapa jam itu akan diselesaikan," katanya.

"Pasukan dari Misrata telah ditugaskan oleh pemerintah untuk melakukan tugas nasional ... menyebarkan keamanan dan stabilitas di kawasan itu," kata Zeidan .

Libya bangkit melawan empat dekade pemerintahan mantan diktator Muammar Kadhafi pada bulan Februari 2011 dan memecatnya pada bulan Agustus 2011. Dia dibunuh pada tanggal 20 Oktober tahun yang sama.

Sejak 2011, Benghazi telah menjadi tempat berbagai serangan dan pembunuhan politik di tengah-tengah meningkatnya perebutan kekuasaan di antara beberapa milisi yang berperang melawan Khadafi selama pemberontakan.

Mantan pemberontak menolak untuk meletakkan senjata mereka, meskipun upaya oleh pemerintah pusat untuk menerapkan hukum dan ketertiban.

Selama beberapa bulan terakhir, Tripoli dan sekitarnya sudah terkena bentrokan antara milisi saingan. (st/ptv)


latestnews

View Full Version