BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Perlakuan tidak adil oleh militer Libanon terhadap kaum Sunni di negara tersebut, terlebih setelah penangkapan seorang ulama Sunni atas tuduhan terlibat teorisme membuat rekan-rekannya sesama ulama marah dan melakukan protes.
Lebih dari selusin ulama Muslim Sunni melakukan protes pada hari Ahad (26/1/2014) di luar Departemen Pertahanan Lebanon dan menyerukan pembebasan seorang ulama Sunni yang ditahan pekan lalu karena diduga terkait dengan kelompok di balik serangan bom mobil baru-baru ini di negara itu.
Berbicara atas nama para ulama Muslim Sunni tersebut, Sheikh Khaled al-Arfe mengatakan militer telah menangkap Omar Atrash dengan tuduhan palsu dan bahwa pengkhotbah itu hanya telah membantu pengungsi Suriah di Libanon.
Atrash, yang berasal dari Lembah Bekaa, dituduh oleh Intelijen Militer menyelundupkan teroris, memasang mobil dan sabuk bahan peledak - yang diyakini telah digunakan dalam beberapa serangan - melalui kota perbatasan Arsal ke Beirut.
"Haruskah membantu pengungsi Suriah memerlukan hukuman? Apakah kejahatan untuk membantu orang?" Kata sang syaikh?, berpidato kepada sesama ulama dari Dar al-Fatwa Libanon utara.
"Pihak lain [Syi'ah Hizbullah] mengumumkan berperang di Suriah dan bersumpah untuk mengirim lebih banyak pejuang," katanya. "Kami mengatakan ini kepada Departemen Pertahanan : Kami tidak akan mengizinkan Anda untuk menetapkan standar ganda."
"Semua orang harus diperlakukan secara adil, mengapa penangkapan dan pembunuhan hanya menargetkan Muslim Sunni? Kami tidak percaya investigasi Angkatan Darat Libanon."
Menanggapi laporan bahwa Atrash telah mengakui tuduhan setelah disiksa, Arfe mengatakan ini adalah "bukan pengakuan nyata."
Para ulama mengajukan banding ke presiden dan perdana menteri sementara untuk "mengambil sikap serius" sehubungan dengan penahanan yang sedang berlangsung.
"Sampai sekarang kami telah mampu untuk menahan para pemuda tetapi jangan sampai kita kehilangan kemampuan untuk melakukannya," katanya." Penindasan menyebabkan kekacauan dan semua orang akan menyesal kemudian."
Tentara dikerahkan secara ketat di kota Baabda dari Yarze menjelang protes untuk mencegah kelompok itu dari mencapai kementrian.
Para syekh meninggalkan tempat aksi setelah mereka diberi janji hari Senin untuk bertemu dengan kepala Intelijen Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Edmond Fadel. (st/tds)