BANGUI, REPUBLIK AFRIKA TENGAH (voa-islam.com) - Komandan pasukan Prancis di Republik Afrika Tengah (CAR) pada hari Senin (11/2/2014) menuduh milisi Kristen yang dikenal sebagai anti-Balaka menjadi "musuh utama perdamaian" di negara itu yang akan dikalahkan sebagaimana penjahat dan preman.
Para preman Kristen tersebut telah melakukan serangkaian serangan brutal terhadap umat Muslim setelah penggulingan Presiden Francois Bozize pada Maret tahun lalu oleh pemberontak mayoritas Muslim yang dipimpin oleh Michel Djotodia, yang dipaksa turun dari jabatan bulan lalu setelah gagal mengakhiri kekerasan sektarian di negara tersebut.
"Mereka yang menyebut diri mereka 'anti - Balaka' telah menjadi musuh utama perdamaian di Republik Afrika Tengah, mencap (seluruh) masyarakat dan menyerang "pasukan Prancis, Jenderal Francisco Soriano mengatakan dalam sebuah pertemuan di Bangui dengan para pemimpin agama di negara itu.
Sebuah operasi Prancis dengan nama sandi Sangaris diluncurkan dua bulan lalu untuk mengakhiri kerusuhan di negara bekas koloninya tersebut.
Jenderal Soriano mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada yang diketahui tentang rantai komando milisi Kristen tersebut baik pemimpinnya atau pesan politik mereka.
Soriano mengatakan ia tidak akan garnisun anggota milisi seperti yang disarankan oleh "koordinator politik" nya, Patrice Edouard Ngaissona, karena ini akan "memberi mereka legitimasi yang mereka tidak memiliki dan memberi mereka kemungkinan untuk menjadi sebuah kekuatan yang bukan mereka".
"Tidak akan ada barak, mereka akan lebih diusir sebagai penjahat dan preman," tambahnya.
Milisi kejam anti-Balaka
Republik Afrika Tengah, sebuah negara yang terkurung daratan yang kaya mineral, jatuh dalam kerusuhan di bulan Maret, ketika pemberontak Seleka-dikatakan sebagian besar Muslim - menggulingkan Presiden Christian François Bozize, yang telah mendapatkan kekuasaan dalam kudeta tahun 2003.
Bulan-bulan sejak penggulingan Bozize telah melihat munculnya milisi Kristen gadungan "anti-Balaka" yang digambarkan dalam sebuah laporan Human Rights Watch (HRW) sebagai "warga lokal dan tentara yang setia kepada pemerintah sebelumnya."
Dalam laporannya, HRW menegaskan bahwa milisi Kristen tersebut telah dilakukan sejumlah "kekejaman" terhadap komunitas Muslim setempat, termasuk pembunuhan beberapa ratus Muslim dan pembakaran terhadap rumah dan masjid-masjid mereka.
Kekerasan terus berkecamuk di negara itu bahkan setelah para pemimpin sementara negara itu Presiden pertama CAR yang berasal dari Muslim, Michel Djotodia dan Perdana Menteri Nicolas Tiangaye keduanya mengundurkan diri pada dalam upaya untuk meredakan ketegangan.
Gerombolan massa dan Milisi Kristen anti-Balaka yang mengambil keuntungan dari pembubaran dan pelucutan senjata dari beberapa kekuatan Seleka saat ini terus melakukan serangan terhadap mantan Seleka dan penduduk Muslim minoritas yang mereka tuduh bersekongkol dengan Seleka.
Milisi Kristen sendiri sebelumnya pernah mengancam untuk membunuhi semua Muslim di negara tersebut. (by/ahram)