KIEV (voa-islam.com) - Para demonstran Muslim Tatar Krimea dengan menggemakan takbir, 'Allahu Akbar' ( Allah Maha Besar ) di jalan-jalan Crimea, mereka memprotes apa yang mereka anggap upaya mayoritas penduduk etnis Rusia yang ingin memasukkan semenanjung Krimea masuk ke dalam bagian otonomi Rusia .
Ribuan orang etnis Tatar yang merupakan kelompok pribumi di semenanjung Laut Hitam, berkumpul di gedung parlemen mendukung gerakan “Euro-Maidan” yang berhasil menggulingkan Presiden Viktor Yanukovich, di Kiev, setelah tiga bulan aksi protes berlangsung di Ukraina. Kelompok etnis Tartar, mayoritas Muslim, memilih mendukung Ukraini bergabung dengan Uni Eropa.
Namun, aksi ini berakhir dengan bentrok antara Muslim Tartar dengan mayoritas etnis Rusia, yang mendukung Ukraina tetap bergabung dengan Rusia. Kelompok etnis Rusia yang mendukung Ukraina tetap bergabung dengan Moskow, menyebut etnis Muslim sebagai ‘ bandit’ yang telah merebut kekuasaan di ibukota wilayah itu.
Kedua kelompok terlibat bentrok yang dipisahkan oleh garis polisi. Mereka, berunjuk rasa di hiruk-pikuk bising di luar parlemen, yang berada di bawah tekanan dari kekuatan-kekuatan pro-Rusia, dan menyerukan sidang darurat untuk membahas krisis, Rabu, 26/2/2014.
Muslim Tartar Krimea dideportasi (diusir) dari Rusia ke Ukraina pada tahun 1954 di era Soviet saat itu pemimpin Soviet Nikita Khrushchev. Dengan bagian dari Laut Hitam Rusia yang berbasis di pelabuhan Sevastopol, itu adalah satu-satunya wilayah, di mana Ukraina etnis Rusia mendominasi dalam jumlah besar. Meskipun banyak etnis Ukraina di daerah timur lainnya berbicara bahasa Rusia sebagai bahasa pertama mereka .
Dengan Crimea sekarang benteng besar terakhir dari perlawanan terhadap tatanan politik pasca - Yanukovich baru di Kiev, pemimpin baru Ukraina yang menyuarakan peringatan tanda-tanda separatisme di wilayah itu.
Loyalis yang pro-Rusia yang dibawa oleh bus dari bagian semenanjung dan mengalahkan jumlah kelompok Muslim Tatar dan pendukung 'Euro-Maidan'. Mereka mulai memainkan lagu-lagu Rusia dan musik paduan suara agama dari gereja.
Ketegangan di wilayah Crimea akan meningkat setelah Presiden Vladimir Putin menempatkan pasukan Rusia dalam siaga penuh di wilayah itu. Sejak kejatuhan Yanukovich, semua perhatian diarahkan kepada Presiden Putin, di mana tahun 2008 memerintahkan invasi ke Georgia, dan dengan alasan melindungi wilayah etnis Rusia, yang kemudian diakui sebagai negara merdeka.
Alexei,17, bagian dari pendukung pro-Rusia, yang membawa tongkat baseball dalam ransel, mengatakan ,”Muslim Tatar" musuh kita sekarang. Mereka berpihak pada bandit di Kiev. Kami perlu membela diri atau akan terjadi kekacauan”, ujarnya.
Tatar, kelompok etnis Turki, menjadi korban diktator Soviet Josef Stalin dalam Perang Dunia II dan dideportasi secara massal ke Soviet Asia Tengah pada 1944, karena dicurigai bekerja sama dengan Nazi Jerman. Puluhan ribu dari Muslim Tartar kembali ke tanah air mereka setelah Ukraina merdeka dengan runtuhnya Uni Soviet pada akhir tahun 1991.
Pemimpin Tatar Refat Chubarov , yang datang berusaha mendamaikan para demonstran, tetapi mendapatkan teriakan dari kelompok pro-Rusia, mengatakan kepada Reuters, “ Kami memiliki memori yang panjang apa yang Rusia lakukan kepada Muslim Tatar”, cetusnya .
"Kita sekarang minoritas di tanah air kita sendiri, karena mereka ... Kami telah berjuang bersama Ukraina lebih sering daripada melawan mereka - loyalitas kita dengan mereka , " katanya .
Setelah bertemu dengan ketua parlemen Krimea Vladimir Konstantinov , pemimpin Tatar menyerukan menahan diri, dan memerintahkan rakyatnya pulang ke rumah, mengatakan "Anggotga parlemen takut terhadap minoritas Tatar, dan tidak akan melakukan pemungutan suara untuk bergabung dengan Rusia. Mereka akan membuat keputusan besok dan memiliki berjanji untuk memasukkan orang-orang Tatar Krimea dalam proses pengambilan keputusan".
"Crimean Tatar Solidaritas dan Cultural Center" yang berbasis di Belanda menyerukan Turki dan Eropa mendukung Muslim Tatar Krimea di tengah ketegangan di semenanjung Krimea.
Dalam sebuah pernyataan resmi, organisasi yang merupakan diaspora etnis Turki Krimea Tatar di Eropa Barat, mengatakan parlemen Krimea akan melakukan ' kejahatan terhadap kemanusiaan ', jika memutuskan bergabung dengan Rusia, dan akan bertanggung jawab banyaknya pertumpahan darah.
"Kami tidak ingin mengulangi peristiwa 18 Mei 1944", kata pernyataan itu, mengacu peristiwa pengusiran paksa oleh Soviet terhadap Muslim Tatar Krimea dari tanah air asli mereka .
"Konsekuensi berbahaya, jika tuntutan irasional otoritas Dewan Tertinggi Crimea atas Tatar Krimea, yang hanya keinginan untuk hidup di tanah air mereka secara damai. Tidak ingin berada dibawah kekuasaan Rusia",tambah pernyataan itu .
"Ini tidak boleh dilupakan bahwa kelompok Tatar Crimea diaspora tidak akan ragu menggunakan segala cara yang diterima oleh hukum internasional dan domestik untuk mendukung orang-orang mereka, jika ancaman muncul terhadap orang-orang Tatar Krimea di Krimea , " lanjut pernyataan Muslim Tatar. (afgh/wb/voa-islam.com)