NEW YORK (voa-islam.com) - Lebih dari 700 orang tewas dalam kekerasan di Irak pada bulan Februari, jumlah itu tidak termasuk hampir 300 kematian yang dilaporkan di provinsi Anbar barat, di mana pasukan keamanan pemerintah Syi'ah Irak telah memerangi mujahidin Sunni sejak Januari lalu, PBB mengatakan pada hari Sabtu (1/3/2014).
Badan dunia itu mengatakan pemerintah setempat telah mencatat 298 kematian warga sipil di Anbar, tetapi angka itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen karena kekacauan di daerah gurun tersebut.
Di luar Anbar, pertumpahan darah terburuk terjadi di Baghdad, di mana 239 warga sipil tewas, diikuti oleh provinsi Salahuddin ke utara dengan 121 orang tewas. Sebanyak 1.381 orang lainnya terluka.
PBB mengatakan telah dikonfirmasi 703 kematian di Irak pada bulan Februari, dibandingkan dengan 733 pada bulan Januari, termasuk Anbar.
Angka-angka itu menunjukkan bahwa kekerasan tidak mereda sejak 2013 ketika 7.818 warga sipil tewas. Itu adalah tahun paling mematikan di Irak sejak tahun 2008, ketika jumlah korban tewas sipil mencapai 6.787.
Namun angka ini masih di bawah tingkat yang terjadi pada tahun 2006 dan 2007 ketika pembunuhan sektarian Syi'ah - Muslim Sunni mencapai puncaknya.
Ketidakamanan memburuk secara dramatis pada bulan April tahun lalu ketika tentara dan polisi Syi'ah Irak secara paksa membersihkan sebuah kamp protes Sunni di utara Baghdad, menewaskan puluhan demonstran, sebagian besar dari mereka tidak bersenjata.
Pertumpahan darah tersebut memicu bentrokan meluas yang mengadu pejuang Sunni terhadap pemerintah pimpinan Syi'ah dan menandai dimulainya kampanye pemboman tanpa henti oleh mujahidin Al-Qaidah terhadap sasaran-sasaran Syi'ah. (by/Reuters)