LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Pemimpin kelompok militan Syi'ah Hizbullah Libanon, Hassan Nasrallah mengirim pesan langsung ke Israel tahun lalu di mana ia menggambarkan perbatasan selatan Libanon sebagai "tempat paling aman di dunia," berusaha untuk meyakinkan Tel Aviv bahwa milisi Syi'ah Hizbullah tidak punya niat melakukan tindakan apapun terhadap Israel, menurut dokumen bocor yang dilihat oleh Asharq Al -Awsat.
Bekerjasama dengan Masarat Center dan situs Wathaiq Dimashq [Dokumen-dokumen Damaskus], Asharq Al -Awsat telah memperoleh salinan transkrip penuh pertemuan antara Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad dan rekannya dari Rusia Mikhail Bogdanov pada 23 Mei 2013, di mana sisi Suriah meneruskan kembali jaminan Nasrallah untuk Israel.
Dalam pertemuan tersebut Bogdanov mengatakan kepada Mekdad bahwa ia telah mengadakan pertemuan tengah malam selama tiga jam dengan Sheikh Mohamed Raad dan Hassan Nasrallah di Beirut.
Menurut Bogdanov, Nasrallah mengatakan kepadanya: "Anda dapat memberitahu Israel bahwa perbatasan selatan Libanon adalah tempat yang paling aman di dunia karena semua perhatian kami terfokus pada apa yang terjadi di Suriah," seraya menyatakan bahwa Syi'ah Hizbullah "tidak memendam niat mengambil tindakan apapun terhadap Israel."
Menurut dokumen yang bocortersebut, Mekdad bertanya tentang peran yang sedang dimainkan utusan khusus bersama Liga Arab - PBB untuk Suriah Lakhdar Brahimi mengenai krisis Suriah.
"[Brahimi] mengatakan tidak ada solusi untuk krisis tersebut karena kedua belah pihak [pemerintah dan oposisi] telah mengadopsi militer dan solusi keamanan dan tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam dialog atau mencapai solusi damai karena mereka berharap untuk mencapai keberhasilan militer," kata Bogdanov selama pertemuan itu.
Adapun apakah Presiden Suriah Bashar Al-Assad berniat untuk tetap berkuasa, Mekdad mengatakan : "Presiden Assad... telah menjadi kebutuhan dasar," dan tanpa dia "tidak akan ada Suriah... dan tentara Suriah akan berubah menjadi geng teroris dan faksi-faksi yang terpecah."
"Oleh karena itu, tujuan utama dari konferensi [Jenewa I] harus menghentikan intervensi asing," tambah Mekdad.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat senior di kedua belah pihak, termasuk tokoh senior Kementerian Luar Negeri Suriah Ahmad Arnous dan Duta Besar Suriah untuk Moskow Riyad Haddad, serta direktur departemen Kementerian Luar Negeri Rusia untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Sergey Vershinin. (by/ashrq)