ANBAR, IRAK (voa-islam.com) - Setidaknya 14 pasukan SWAT Syi'ah Irak tewas pada Kamis (20/3/2014) ketika mereka memasuki sebuah rumah yang dipasangi dengan bahan peledak di provinsi barat Anbar, di mana pasukan keamanan pemerintah Syi'ah Irak terlibat dalam konflik hampir tiga bulan dengan mujahidin Sunni.
Sumber-sumber keamanan dan medis mengatakan lebih dari 20 SWAT memasuki rumah itu di ibukota provinsi Ramadi setelah orang-orang bersenjata meninggalkan daerah tersebut. Bangunan itu kemudian meledak.
Pasukan keamanan telah memerangi mujahidin dari Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS) di kota Ramadi dan Falluja, sejak Januari lalu.
Penangkapan seorang anggota parlemen Sunni dan pembersihan kejam terhadap dari sebuah kamp protes anti - pemerintah pada bulan Desember mendorong pemberontakan suku dan memungkinkan ISIS untuk mengatur posisi pertempuran di dalam kota.
Sumber itu mengatakan mujahidin cenderung menanam bom di rumah-rumah yang jadi pernah menjadi markas ketika mereka meninggalkannya.
Perdana Menteri Nouri Al-Maliki yang berasal dari Syi'ah telah meminta dukungan internasional dan senjata untuk memerangi mujahidin, menggambarkan hal itu sebagai limpasan dari perang sipil di Suriah, yang berbatasan dengan Anbar.
Tapi kritikus mengatakan kebijakan pemerintah Syi'ah pimpinan Nouri Al-Maliki telah melakukan diskriminasi terhadap minoritas Sunni di negara itu, yang telah menciptakan kondisi bagi mujahidin untuk mendapatkan kembali momentum dengan melakukan pendudukan langsung terhadap suatu wilayah secara terbuka.
Tahun lalu merupakan yang paling berdarah di Irak sejak pertumpahan darah sektarian mulai mereda dari puncaknya pada 2006-2007. (by/Reuters)