TRIPOLI, LIBYA (voa-islam.com) - Anak mantan diktator Libya Muammar Kadhafi, Saadi telah meminta pengampunan warga Libya dalam sebuah wawancara yang dirilis oleh otoritas penjara tiga pekan setelah ekstradisinya dari negara tetangga Niger.
Rekaman wawancara itu, yang disiarkan oleh televisi negara Kamis (26/3/2014) malam, difilmkan oleh sipir di penjara ibukota Al-Hadba, di mana Saadi dan beberapa tokoh rezim Kadhafi lainnya sedang ditahan, dengan izin dari kepala jaksa, kata sang penyiar.
Saadi, yang diekstradisi untuk menghadapi serangkaian tuduhan termasuk "kejahatan untuk menjaga ayahnya tetap berkuasa" sebelum digulingkan dalam revolusi tahun 2011, meminta "pengampunan rakyat dan pemerintah Libya."
Dia mengakui bahwa ia berada di balik "tindakan destabilisasi terhadap negara itu," tuduhan yang sama berulang kali dilontarkan terhadap dirinya oleh otoritas Libya dalam kampanye panjang untuk ekstradisi Saadi dari Niger.
Saadi, yang ekstradisinya telah sangat ditentang oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia karena khawatir bahwa ia mungkin menghadapi penyiksaan di penjara, mengatakan ia telah diperlakukan dengan baik oleh sipir penjara.
"Saya ingin meyakinkan keluarga saya," kata Saadi di depan kamera, menambahkan bahwa ia berbicara pada Kamis malam.
"Saya baik-baik, saya dalam kesehatan yang baik dan saya diperlakukan dengan sangat baik," katanya.
Saadi paling dikenal sebagai kepala federasi sepakbola Libya dan pemain sepakbola profesional divisi teratas Italia .
Pria berusia 40 tahun itu telah bersembunyi sejak melarikan diri dalam konvoi ke Niger di selatan padang pasir Libya pada bulan September 2011.
Setelah gantung sepatu dari sepak bola, Saadi menempa karir militer dan mengepalai sebuah satuan elit.
Beberapa hari setelah pemberontakan dimulai di kota timur Benghazi, ia muncul di sisi ayahnya dalam seragam militer dengan senapan serbu Kalashnikov tersandang di bahunya.
Tidak seperti saudara-saudaranya, bagaimanapun tidak ada informasi yang muncul dia bertempur di garis depan selama revolusi bersenjata delapan bulan di Libya.
Saudara Saadi, Saif Al Islam, tangan kanan dan pewaris tahta Kadhafi, juga ditahan di Libya menunggu pengadilan atas tuduhan yang lebih serius yang mendorong Pengadilan Kriminal Internasional untuk mengeluarkan surat penangkapan untuk tersangka kejahatan perang.
Interpol telah mengeluarkan Red Notice untuk Saadi, untuk dugaan "menggelapkan properti melalui paksaan dan intimidasi bersenjata ketika ia mengapalai Federasi Sepakbola Libya".
Libya telah berulang kali menyerukan ekstradisi Saadi dari Niger, yang telah memberinya suaka dengan alasan "kemanusiaan" mengatakan negara itu menjamin ia akan menjalani pengadilan yang adil.
Niger mengatakan Saadi Kadhafi diserahkan awal bulan ini, karena tidak lagi merasa dia akan menghadapi risiko pembunuhan di luar hukum, dan karena negara itu ingin memperbaiki hubungan dengan Libya. (by/gn)