BANGUI, REPUBLIK AFRIKA TENGAH (voa-islam.com) - Massa Kristen melakukan penjarahan besar-besaran terhadap rumah-rumah dan harta warga Muslim yang ditinggalakan di lingkungan PK 12 di utara Bangui menyusul kepergian konvoi pengungsi Muslim terakhir dari salah satu lingkungan Muslim di ibukota negara Republik Afrika Tengah.
Kepergian sekitar 1300 Muslim dari ibukota Republik Afrika Tengah, Bangui, pada hari Ahad (27/4/2014) dengan pengawalan ketat Pasukan Penjaga Perdamaian juga menghapus salah satu kantong terakhir Muslim dari ibukota negara yang terkoyak oleh kekerasan agama tersebut.
Pasukan penjaga perdamaian berjaga ketika orang Kristen, beberapa bersenjata dengan parang dan busur dan anak panah, menyerbu ke dalam dan menjarah secara terpisah rumah-rumah di lingkungan PK12 utara Bangui, yang pernah menjadi benteng pertahanan Muslim di wilayah selatan berpenduduk mayoritas Kristen tersebut.
"Kami akan pergi untuk menyelamatkan hidup kita," kata Mohamed Ali Mohamed, yang lahir dan dibesarkan di daerah itu, kepada Reuters ketika bersama sesama muslim mengikat jerigen ke truk menjelang perjalanan.
Beberapa Muslim membakar mobil mereka karena mereka tidak bisa membawanya dalam konvoi tetapi tidak ingin orang Kristen dapat menggunakan mobil-mobil tersebut setelah mereka ditinggalkan.
Setelah menonton mantan tetangga Muslim mereka pergi dari balik penghalang tali putih tipis yang disiapkan oleh pasukan penjaga perdamaian Kongo, ratusan orang Kristen, termasuk perempuan dan anak-anak, langsung berlomba dan ikut ambil bagian dalam penjarahan terhadap rumah dan harta umat Muslim yang ditinggalkan.
Banyak dari mereka meneriakkan " Pembebasan, Pembebasan!"
22 orang tewas
Sementara itu sedikitnya 22 orang, termasuk 15 kepala daerah dan tiga anggota staf medis amal Medecins Sans Frontieres (MSF), tewas dalam serangan di satu kota di Republik Afrika Tengah, kata para pejabat hari Ahad.
Serangan yang terjadi Sabtu di Nanga Boguila, sekitar 450 km (280 mil) utara ibu kota, Bangui.
Nguembassa Xavier Gilles, mantan anggota parlemen untuk daerah itu, mengatakan empat orang tewas saat para penyerang mendekati kota, namun banyak yang meninggal ketik satu klinik kesehatan yang dijalankan MSF diserang ketika para pemimpin lokal sedang mengadakan pertemuan disana.
"Lima belas dari para pemimpin daerah tewas di tempat," katanya kepada Reuters, mengutip para saksi yang dia ajak bicara.
Seorang wakil pemerintah Bangui membenarkan insiden itu.
Seorang juru bicara MSF mengkonfirmasi kematian staf mereka, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. (by/wb)