RAKHINE, MYANMAR (voa-islam.com) - Para sktivis hak asasi manusia dan kelompok medis internasional telah memperingatkan sebuah krisis kesehatan yang memburuk bagi Muslim Rohingya Myanmar.
Pada hampir setiap hari, laporan media mengkonfirmasi kematian di kalangan Muslim Rohingya Myanmar, dengan banyak dari mereka hidup di bawah kondisi apartheid seperti di pinggiran Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine.
Sejumlah besar korban adalah wanita hamil, dan orang-orang yang berhasil bertahan hidup tapi dibiarkan tanpa bantuan, terutama setelah pekerja bantuan asing diperintahkan untuk pergi meninggalkan negara itu pada bulan Februari.
Sebelum Doctors Without Borders (MSF) diusir dari Rakhine, ibu hamil telah membuat seperempat rujukan darurat kelompok tersebut.
Sementara, mereka yang berhasil menerima perawatan medis menghadapi antrean panjang dengan setiap orang hanya mendapatkan beberapa menit perhatian.
Pemerintah Myanmar telah berjanji untuk mengizinkan sebagian LSM untuk kembali namun sejauh ini hanya distribusi makanan oleh Program Pangan Dunia yang telah kembali.
Laporan-laporan mengatakan ratusan ribu Muslim Rohingya di Myanmar menderita kekurangan makanan dan air minum secara parah. Pengiriman bantuan kemanusiaan telah melambat di Rakhine sebagai akibat dari peningkatan kekerasan sektarian.
Ratusan orang - kebanyakan dari mereka Muslim Rohingya - telah tewas di Myanmar sejak pecahnya kekerasan sektarian kembali pada tahun 2012.
Menurut PBB, kaum Muslim Rohingya adalah salah satu komunitas yang paling teraniaya di dunia. (by)