PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Pemerintah Prancis hari Selasa (3/6/2014) meningkatkan perkiraan jumlah warga negaranya yang terlibat dalam perang sipil Suriah menjadi lebih dari 800 dan memperingatkan bahwa mereka menimbulkan ancaman keamanan belum pernah terjadi sebelumnya.
Peringatan itu, dari Perdana Menteri Manuel Valls, menyusul penangkapan akhir pekan terhadap Medhi Nemmouche, seorang mujahid Prancis yang telah menghabiskan setahun bertempur di Suriah yang diduga melakukan serangan di Museum Yahudi Brussels pekan lalu.
Valls mengatakan kepada BFMTV bahwa jumlah warga negara atau penduduk Prancis yang telah mengambil bagian dalam pertempuran di Suriah atau berencana untuk melakukannya sekarang melebihi 800 orang, termasuk sekitar 30 orang yang telah gugur dalam konflik tersebut.
"Kami belum pernah menghadapi tantangan seperti ini," kata Valls." Tanpa keraguan ini adalah ancaman yang paling serius yang kita hadapi.
"Kita harus memastikan pengawasan beratus-ratus orang Perancis atau Eropa yang saat ini berjuang di Suriah."
Pada hari Jum'at (30/5/2014) pihak berwenang menangkap Mehdi Nemmouche di Marseille karena membawa senjata mirip dengan yang digunakan dalam serangan Brussels dan kamera berisi film pendek di mana ia muncul untuk mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan langsung sepasang turis Israel dan seorang relawan Prancis di museum. Satu pria lain, seorang pegawai museum, berada dalam kondisi kritis akibat serangan tersebut.
Nemmouche dianggap veteran pertama dari konflik Suriah yang telah melakukan serangan semacam ini di Eropa.
Banyak ahli telah memperingatkan terorisme (baca; aksi jihad) tidak dapat dihindari dan bahwa akan ada orang lain ketika pertempuran-hebat, trauma dan mujahid terlatih menggunakan senjata membuat jalan kembali ke Prancis dan negara-negara lain seperti Belgia, Denmark dan Inggris, yang juga telah melacak ratusan warganya yang berjihad ke Suriah.
Nemmouche sendiri telah dibandingkan dengan sesama warga Prancis Mohammed Merah, pemuda yang yang menembak tujuh orang - seorang rabi, tiga anak Yahudi dan tiga pasukan Perancis - di selatan kota Toulouse pada Maret 2012 lalu.
Setelah pembunuhan itu, yang telah diikuti oleh kenaikan berkelanjutan dalam emigrasi warga Yahudi dari Prancis ke Israel, Valls memperingatkan bahwa negara itu bisa jadi menyimpan "puluhan Mohammed Merah."
Ditanya hari Selasa jika ia tetap pada pandangan itu, dia menjawab : "Tentu saja," tapi ia juga membela catatan dinas keamanan dalam mencegah aksi lebih lanjut.
"Kami telah menangkap individu, kami telah membongkar sel (teroris)," katanya." Ada banyak ancaman terhadap Prancis."
Nemmouche telah diinterogasi oleh polisi anti-terorisme Prancis sejak penangkapannya, yang murni terjadi secara kebetulan akibat dia menjadi sasaran kebiasaan pemeriksaan acak mereka pada saat kedatangan di Marseille.
Sumber-sumber kepolisian mengatakan kepada AFP bahwa ia telah menolak untuk menjawab pertanyaan.
Dia dijadwalkan tampil di pengadilan di Versailles pada Rabu ini untuk diberitahu permintaan ekstradisi terhadap dirinya ke Belgia di bawah surat perintah penangkapan Eropa.
Sebuah sidang atas permintaan itu dijadwalkan hari Selasa tidak jadi dilaksanakan karena Nemmouche menolak untuk meninggalkan selnya.
"Ini adalah keputusan pribadi," pengacaranya, Apolin Peziepep mengatakan kepada AFP. Pengacara itu mengatakan ia tidak mengharapkan Nemmouche menentang surat perintah tersebut.
Jaksa penuntut umum pada hari Selasa mengajukan permohonan perpanjangan penahanan tersangka melampaui empat hari tanpa dakwaan, sebuah langkah yang sangat jarang terjadi di Prancis dan memerlukan otorisasi hakim.