REPUBLIK AFRIKA TENGAH (voa-islam.com) - Milisi Kristen anti-Balaka membunuh dan memutilasi 17 Muslim, diantaranya wanita dan anak-anak, di sebuah kamp di Republik Afrika Tengah (CAR) ketika kekerasan sektarian mematikan terus terjadi di negara miskin itu.
Seorang petugas dari pasukan Uni Afrika, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pada hari Selasa (24/6/2014) bahwa tujuh belas orang, semuanya dari minoritas Muslim Fulani, tewas pada hari Senin oleh orang-orang bersenjata muda dari milisi Kristen anti-Balaka dekat kota Bambari, yang terletak sekitar 400 kilometer timur laut dari ibukota Bangui.
"Beberapa mayat dimutilasi dan dibakar oleh para penyerang," katanya.
Perkembangan terbaru itu datang ketika Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia (FIDH) mengatakan dalam sebuah laporan baru-baru ini bahwa kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan sedang dilakukan dengan tanpa hukuman di CAR.
Laporan tersebut mengatakan bahwa warga Kristen, yang dikenal sebagai anti-Balaka, telah secara sistematis menyerang warga sipil, umat Islam pada khususnya. Lebih dari dua puluh kantong yang berisi antara 15.000 dan 20.000 umat Islam saat ini dikepung oleh milisi Kristen anti-Balaka, tambahnya.
Badan hak asasi itu juga mengatakan milisi Kristen anti-Balaka "telah memperoleh manfaat dari penarikan strategis pejuang Seleka di utara dan timur negara, di mana mereka (anti-Balaka) terus melakukan pelanggaran hak asasi manusia serius dan kejahatan internasional."
Republik Afrika Tengah jatuh ke dalam kekacauan Desember lalu, ketika kelompok-kelompok bersenjata Kristen melancarkan serangan-serangan terkoordinasi terhadap umat Muslim dan kelompok Seleka, yang telah menggulingkan pemerintah pada Maret 2013.
Pada tanggal 5 Desember, Prancis menginvasi bekas koloni mereka setelah Dewan Keamanan PBB menyetujui sebuah resolusi yang memberikan Uni Afrika dan Prancis lampu hijau untuk mengirim pasukan ke negara itu.
Pada bulan Maret, Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Valerie Amos mengatakan hampir semua dari lebih 100.000 Muslim yang pernah berada di ibukota, Bangui, telah melarikan diri dari kekerasan yang dilakukan oleh milisi Kristen. (up/ptv)