AMMAN, YORDANIA (voa-islam.com) - Para ahli militer dan pejabat Yordania mengatakan kepada harian Al-sayid bahwa mereka yakin kerajaan itu akan dapat melindungi perbatasannya di timur terhadap potensi ancaman setelah mujahidin dari "Negara Islam di Irak dan Suriah Raya" (ISIS) yang kini menjadi Negara Islam (IS) melakukan ofensif di negara tetangga Irak.
Perbatasan timur kerajaan dengan Irak stabil dan aman, dan keamanan telah diperkuat untuk mencegah setiap pelanggaran, mereka mengatakan, mencatat bahwa pasukan keamanan Yordania berada dalam keadaan waspada.
"Komando tentara Yordania telah menempatkan semua sumber daya mereka untuk dipakai Penjaga Perbatasan," kata Komandan Penjaga Perbatasan Brigadir Jenderal Saber Mahayra, Rabu (25/6/2014).
"Sebuah keadaan antisipasi waspada berlaku karena apa yang terjadi di Irak," katanya, menambahkan bahwa komando penjaga perbatasan hanya akan mengizinkan masuk atau keluar dari kerajaan melalui penyeberangan perbatasan dan pelabuhan-pelabuhan resmi.
Perbatasan Yordania dengan Irak terbentang sepanjang 181 kilometer dengan hanya satu perlintasan, yaitu perlintasan al-Karama di Turaibil.
Tidak ada markas ISIS di Yordania
"Yordania menolak aksi terorisme yang dilakukan oleh ISIS," kata analis politik Hani Hazaimeh, mencatat bahwa "tidak ada markas untuk organisasi tersebut" di Yordania.
ISIS berusaha untuk membuat Jordan sebagai bagian dari "Negara Islam" yang mereka deklarasikan pada hari Ahad (1/7/2014) tetapi akan terasa "sangat sulit untuk mencapai tujuan ini karena kemampuan militer Yordania", katanya kepada Al-sayid.
Namun, situasi di Irak akan memiliki dampak yang tajam pada Jordan, terutama pada bidang ekonomi, Hazaimeh menambahkan.
Yordania dan Irak telah merencanakan untuk membangun sebuah pipa minyak dari Basra ke Aqaba di Yordania selatan, katanya, tetapi proyek ini sekarang dalam bahaya, mengingat kondisi keamanan yang berlaku.
"Jordan mengimpor minyak dari Irak dengan harga istimewa." katanya. "Perjanjian ini, bagaimanapun, ditunda karena situasi tersebut."
Hazaimeh menekankan perlunya untuk saling kerjasama untuk memerangi segala bentuk terorisme dan organisasi ekstremis yang dapat mengganggu kesejahteraan daerah itu.
Berkenaan dengan perbatasan timur kerajaan, Hazaimeh mengatakan "tindakan yang diambil oleh Yordania baru-baru ini cukup untuk mencegah penyusupan apapun".
"Keamanan perbatasan adalah penting, tapi Yordania harus diperkuat dari dari dalam jika ingin berhasil melawan organisasi teroris seperti ISIS," klaim Hazaimeh.
"Meskipun Yordania mampu mempertahankan diri mereka secara militer dan menghadapi organisasi teroris, perlu untuk bekerja pada mengatasi frustrasi di kalangan beberapa segmen di Yordania yang berasal dari kondisi ekonomi yang sulit dalam rangka meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi organisasi," katanya.
Pengalaman kontra-teror luas
Yordania memiliki pengalaman kontra-terorisme yang luas, kata pakar militer Maamoun Abu Nawwar.
"Yordania memiliki pusat kontra-terorisme yang paling maju di Timur Tengah, dan terus terlibat dalam latihan militer khusus kontra-terorisme," katanya, menambahkan bahwa tentara Yordania juga sangat terlatih dan diperlengkapi untuk memerangi terorisme.
"Ini akan sulit bagi ISIS, Al-Qaidah atau kelompok teroris (baca;jihad) lainnya untuk melawan tentara atau berhasil menyusup melintasi perbatasan dari Irak," klaimnya.
"Meskipun ISIS memiliki dana dan pelatihan, kemampuan mereka terbatas dan tidak mampu melakukan kontrol yang sebenarnya," tambahnya.
"Jordan mampu melindungi perbatasannya ketika menghadapi ancaman serupa dari kelompok teroris seperti Al-Qaidah di masa lalu, dan tidak akan mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi [jika muncul lagi]," kata Khetam Malkawi, seorang wartawan khusus dalam urusan luar negeri.
Pada beberapa kunjungan terakhir ke perlintasan penyeberangan al-Karama di perbatasan Yordania-Irak, Malkawi mengatakan tidak tampak yang luar biasa, dengan lalu lintas truk yang mengalir melalui dari Irak seperti biasa.
"Tidak ada saksi mata berbicara tentang kehadiran ISIS di daerah perbatasan dekat Jordan," klaimnya.
Dua pekan lalu, Raja Yordania Abdullah mengunjungi Chechnya untuk membahas upaya kontra-terorisme dengan Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov.
Jordan bekerja sama dengan para pemimpin Chechnya untuk menangkap dan menahan warga Chechnya dan Kaukasia Utara lainnya yang berjuang atas nama ISIS, kata laporan media. (an/al-shorfa)