BRUSSELS, BELGIA (voa-islam.com) - Jumlah orang Eropa yang bergabung dalam barisan mujahidin di Suriah dan Irak telah melonjak sepertiga menjadi sekitar 3.000 dalam beberapa bulan, kepala kontra terorisme Uni Eropa mengatakan Selasa (23/9/2014).
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Agence France-Presse, Gilles de Kerchove mengatakan aliran dari orang-orang Eropa mungkin telah didorong oleh deklarasi kekhalifahan yang mengangkangi Suriah dan Irak oleh kelompok mujahidin Islamic State pada bulan Juni.
"Penilaian saya sendiri adalah sekitar 3.000," katanya ketika ditanya berapa banyak pejuang Eropa yang telah berbondong-bondong untuk berjihad.
Pada bulan Juni, ia mengatakan, ada 2.000 mujahid dari Eropa.
"Aliran tersebut belum kering, dan karena itu mungkin proklamasi kekhalifahan telah memiliki beberapa dampak," kata de Kerchove.
Komentarnya itu muncul beberapa jam setelah Amerika Serikat dan sekutu Arabnya melepaskan serangan mematikan dari darat dan laut pada mujahidin di Suriah, membuka front baru dalam pertempuran melawan kelompok Islamic State dan afiliasi Al-Qaidah di Suriah, Jabhat Al-Nusrah.
Para pejuang Eropa, katanya, datang terutama dari Prancis, Inggris, Jerman, Belgia, Belanda, Swedia dan Denmark tapi beberapa juga datang dari Spanyol, Italia, Irlandia dan sekarang Austria.
"Bahkan negara seperti Austria Saya pikir kini memiliki pejuang (baca;mujahid) asing, yang saya tidak menyadari sebelumnya," tambahnya.
Koordinator kontra-terorisme Uni Eropa itu tetap mengatakan ia akan memeriksa angka tersebut dengan orang-orang dari kepala dinas keamanan Eropa dalam beberapa pekan ke depan, mengatakan jumlah mereka mungkin lebih konservatif.
De Kerchove mengatakan banyak alasan mengapa begitu banyak orang Eropa bisa berjihad di Suriah adalah karena negara tetangganya Turki dekat ke Eropa dan perannya sebagai tujuan pariwisata massal.
Di sisi lain, warga Eropa yang ingin melakukan perjalanan untuk berjihad di Afghanistan, Mali, Yaman dan Somalia menghadapi hambatan geografis, biaya yang lebih besar dan lingkungan yang bahkan lebih panas.
Dia memperkirakan bahwa antara 20 hingga 30 persen sekarang telah kembali ke negara asal mereka. Beberapa telah kembali hidup normal sementara yang lain menderita gangguan stress pasca-trauma. Tetapi beberapa telah menjadi radikal dan berbahaya, ia memperingatkan.
Dia mengatakan dia tidak mengharapkan serangan terorganisir besar-besaran seperti yang 11 September 2001.
"Tapi serigala tunggal dengan Kalashnikov dapat melakukan banyak kerusakan," katanya.
De Kerchove memperkirakan risiko serangan balasan terhadap Eropa naik setelah Prancis bergabung dengan Amerika Serikat dalam melaksanakan serangan udara terhadap para jihadis di Irak.
Uni Eropa sendiri meningkatkan keamanan pekan ini setelah laporan bahwa jihadis yang kembali dari Suriah berencana untuk menargetkan gedung Komisi Eropa di\Brussels.