Seoul (voa-islam.com) - Kapal-kapal patroli Korea Utara dan Korea Selatan pada Selasa (7/10/2014) saling menembak di dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan, yang menjadi lokasi sejumlah bentrokan pada masa lalu, kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Insiden itu terjadi saat harapan-harapan akan kondisi konstruktif dalam hubungan antar-Korea meningkat setelah kunjungan mendadak satu delegasi Korea Utara ke Korea Selatan hanya tiga hari sebelumnya.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, kapal patroli Korea Selatan terlebih dulu melepaskan tembakan peringatan setelah kapal patroli Korea Utara masuk sejauh setengah mil laut ke wilayah perairan Korea Selatan. Kapal Korea Utara lalu membalas tembakan itu, namun tidak ada kerusakan pada kapal Korea Selatan.
Kendati insiden itu melampaui tembakan-tembakan peringatan, juru bicara itu mengindikasikan bahwa kedua pihak tidak melakukan usaha-usaha untuk menyerang pihak lain.
Insiden itu terjadi sekitar pukul 09.50 waktu setempat (07.50 WIB) dekat pulau perbatasan Yeonpyeong, dan kapal patroli Korea Utara mundur ke dalam perbatasannya 10 menit kemudian.
Perbatasan maritim defakto antara kedua Korea-- Garis Perbatasan Utara (NLL)-- tidak diakui Pyongyang, yang menyatakan perbatasan itu ditetapkan sepihak oleh pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa pimpinan Amerika Serikat setelah Perang Korea tahun 1950-1953.
Konflik Korea berakhir dalam satu gencatan senjata dan bukan dengan satu perjanjian perdamaian, dan kedua Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang.
Kedua pihak mengeluhkan seringnya terjadi pelanggaran maritim oleh pihak lain dan tahun 1999, 2002 dan 2009 terjadi bentokan antar angkatan laut di perbatasan wilayah perairan itu.
Insiden terbaru terjadi setelah satu kunjungan mendadak para staf terdekat pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un ke Korea Selatan.
Delegasi itu dipimpin oleh Hwang Pyong-So, wakil ketua Komisi Pertahanan Nasional angkatan bersenjata Korea Utara yang baru saja terpilih. Ia disebut-sebut sebagai orang nomor dua Kim Jong-Un.
Kunjungan itu menghasilkan satu persetujuan untuk memulai kembali dialog tingkat pejabat tinggi yang terhenti selama tujuh bulan saat ketegangan militer di semenanjung yang terbagi itu meningkat.
Delegasi itu juga menyampaikan pesan bahwa Kim Jong-Un tidak mengalami gangguan kesehatan serius, kendati tidak pernah terlihat dihadapan publik selama lebih dari satu bulan. (aj/may/dbs)