View Full Version
Senin, 13 Oct 2014

Perhatian Utama Syi'ah Hizbullah adalah Al-Qaidah Suriah, Bukan Zionis Israel

BEIRUT, LIBANON (voa-islam.com) - Kelompok milisi Syi'ah Hizbullah, proxy (tangan) Iran di yang berbasis di Libanon, tidak lagi memiliki kemampuan militer untuk melawan Zionis Israel dan kelompok-kelompok pejuang oposisi Suriah yang mengancam rezim Assad dan perbatasan Libanon, ungkap seorang peneliti pada Carnegie Middle East Center.
 
Menurut Mario Abou Zeid, Hizbullah menggunakan kekuatan militer mereka  hanya untuk melawan Jabhat Al-Nusrah, kelompok afiliasi Al-Qaidah di Suriah yang sekarang mengendalikan wilayah Quneitra, dan berhasil melawan Israel.
 
Meskipun, banyak yang berpendapat kelompok teroris Syiah itu telah menjadi petempur tangguh melalui partisipasi dalam perang sipil Suriah. Menurut Abou Zeid berpikir sebaliknya: "Hizbullah  berada di posisi terlemah dalam beberapa tahun ini, karena semua sumber daya mereka sedang habis oleh konflik di Suriah, di mana mereka telah berjuang bersama pasukan rezim selama tiga tahun. "

Selama pertempuran Israel dengan Hamas di Jalur Gaza musim panas lalu, beberapa warga Palestina turun ke jalan berpawai menyerukan ke pemimpin Syi'ah Hizbullah Hassan Nasrallah untuk menyerang Tel Aviv. Tapi Nasrallah menolak untuk melalukan permintaan mereka, mengatakan tidak ingin terlibat dalam perang tersebut.
 
Melawan untuk hidup mereka

Abou Zeid percaya pertempuran terbaru di dekat pos pemeriksaan Hizbullah di pinggiran Britel, di mana mujahidin Jabhat Al-Nusrah menewaskan sepuluh orang bersenjata Hizbullah, merebut senjata kelompok bersenjata Syi'ah Libanon itu, dan kemudian mengundurkan diri. Peristiwa ini  menciptakan tekanan hebat bagi Hizbullah.

Itu adalah salah satu pertempuran paling mematikan yang terjadi antara kelompok Syi'ah itu dan mujahidin Suriah, intensitasnya ditandai dengan penggunaan mortir dan granat berpeluncur roket.

"Ini adalah pertama kalinya bahwa mitos tak terkalahkan Hizbullah di tanah Libanon diuji dan Jabhat Al-Nusrah berhasil," kata Abou Zeid menambahkan bahwa Hizbullah telah memasuki tahap putus asa dan kekurangan orang. "Usia rekrutmen mereka saat ini adalah dari 14 hingga 18 tahun," katanya.

Di sisi lain, Abou Zeid mengatakan Hizbullah "melakukan yang besar secara politik dan berada diatas angin di dalam politik Libanon dan merubah setiap kelemahan militer menjadi kekuatan politik dan kemenangan."

Abou Zeid juga mengatakan rezim Syi'ah Iran, pendukung utama Syi'ah Hizbullah, menghadapi tekanan sendiri karena program nuklirnya. Dengan sanksi ekonomi yang dikenakan pada mereka, itu telah mempengaruhi kemampuan Iran untuk mendukung keuangan Hizbullat.

"Itulah sebabnya mengapa menjadi sebuah bagian integral dari strategi Hizbullah untuk menjadi bagian dari institusi politik untuk tetap memberikan pelayanan yang sama kepada komunitas dan kepentingan mereka, yang dulunya didanai oleh uang Iran, melalui lembaga-lembaga dan kementerian Libanon," katanya.

Meskipun kekurangan dana, dukungan Iran untuk Hizbullah tetap stabil.

"Apa yang terjadi di sini (Beirut) berbahaya, kita harus mengawasi hal itu," kata Abou Zeid. (st/ynet)


latestnews

View Full Version