BAGHDAD, IRAK (voa-islam.com) - Amnesty International dalam sebuah laporan yang berjudul "Impunitas Mutlak, Kaidah Milisi di Irak," mengatakan bahwa milisi Syi'ah telah menculik dan membunuh sejumlah warga Sunni dalam beberapa bulan terakhir.
Pengawas hak asasi itu mengatakan serangan-serangan ini didukung oleh pemerintah Irak dan bahwa para milisi Syi'ah tersebut tidak pernah dihukum atas kejahatan yang mereka lakukan.
Laporan yang didasari oleh serangkaian wawancara di Irak dalam kurun Agustus-September itu menyebutkan rentetan kekerasan sektarian telah berlangsung di Kota Baghdad, Samarra, dan Kirkuk.
Di Samarra, kota di sebelah utara Baghdad, lebih dari 170 pria Sunni diculik sejak Juni lalu.
Dari jumlah tersebut, sedikitnya 30 orang diculik dari atau dekat rumah mereka pada 6 Juni. Setelah itu, mereka ditembak dan jasad mereka dibuang dekat lokasi eksekusi.
“Pembunuhan itu amat mungkin merupakan aksi balas dendam atas penyerbuan singkat milisi-milisi Islamic State pada hari sebelumnya,” sebut laporan itu.
Amnesti mengatakan banyak dari Muslim Sunni yang diculik tetap tidak diketahui keberadaannya dan beberapa sandera telah dibantai bahkan setelah keluarga mereka membayar tebusan hingga 80.000 Dolar AS lebih.
Amnesty mengatakan kelompok-kelompok milisi Syiah yang terlibat, antara lain Asa'ib Ahl al-Haq, Tentara Mahdi, Brigade Badr dan Kata'ib Hizbullah. Asa'ib Ahl al-Haq dan Tentara Mahdi adalah kelompok milisi Syi'ah pembantai Muslim Sunni yang terkenal sangat kejam pada masa perang sekterian di tahun 2005-2006.
Kelompok-kelompok itu, kata Amnesty, disokong dan dipersenjatai pemerintah Irak.
Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, mengakui tindakan berlebihan aparat keamanan dan berikrar untuk menjadi pemimpin bagi semua warga Irak.
Dia belum berkomentar secara langsung mengenai tuduhan-tuduhan yang disebutkan dalam laporan Amnesty International. (an/bbc,tds)