WASHINGTON (voa-islam.com) - Seorang pilot Angkatan Udara AS yang ambil bagian dalam Operasi Resolve Inherent tewas ketika pesawat tempur F-16 Fighting Falcon-nya jatuh, yang menurut pengakuan Pentagon karena masalah pemeliharaan, menjadikannya prajurit AS ke-3 yang tewas dalam operasi tempur melawan mujahidin di Irak dan Suriah.
Kecelakaan itu terjadi Ahad (30/12/2014) sore waktu Washington.
Departemen Pertahanan AS menyebutnya sebagai insiden "terkait non tempur", tetapi mengakui pesawat itu sedang dalam perjalanan ke Irak atau Suriah untuk berpartisipasi dalam operasi yang sedang berlangsung melawan Islamic State ketika hal tersebut terjadi.
"Pesawat itu kembali ke pangkalan di Timur Tengah" ketika kecelakaan itu terjadi, kata juru bicara Pentagon Kolonel Steve Warren. "Rupanya ada beberapa masalah pemeliharaan saat lepas landas. Pesawat ini berbalik dan sayangnya tidak bisa mendarat."
Tidak ada orang lain yang terluka selain sang pilot, klaim Warren.
Responden pertama tetap di tempat kejadian dan penyebab kecelakaan itu sedang diselidiki, katanya.
Tidak jelas mengapa pilot tidak mampu untuk meloncat keluar sebelum pesawat jatuh, kata Warren.
Sebagaimana prosedur, nama pilot tidak akan dirilis sampai 24 jam setelah keluarga terdekat telah diberitahu.
Kecelakaan itu tidak terjadi di Irak atau Suriah, Warren mencatat. Dia menolak untuk mengidentifikasi di negara mana pilot dan pesawat itu ditempatkan karena masalah sensitifitas.
Kematian pilot tersebut merupakan korban yang ketiga bagi anggota militer AS terkait Operasi Resolve Inherent. Pada tanggal 23 Oktober, Kopral Marinir Sean Neal tewas di Irak akibat cedera terkait non tempur. Pada 1 Oktober, Kopral Marinir Jordan Spears hilang di laut saat melakukan operasi penerbangan di Utara Teluk Arab. (st/stripes)