KABUL (voa-islam.com) - Koalisi pasukan tempur pimpinan AS akan mengakhiri misinya di Afghanistan mulai Januari 2015 nanti. Selanjutnya, misi AS di Afghanistan hanya menjadi pelatih dan memberikan saran kepada pasukan keamanan Afghanistan. Sisa pasukan AS yang berjumlah 13.000 tentara itu bersifat non-combatan.
Koalisi pasukan pimpinan AS tersebut telah bercokol di Afghanistan lebih dari 13 tahun. Pasukan ini berhasil menggulingkan pemerintahan Taliban yang dianggap bertanggungjawab atas peristiwa runtuhnya Menara Kembar di New York, AS, pada 11 September 2001 silam.
Sementara itu, sisa pasukan AS yang berjumlah sekitar 13.000 bertugas memberikan pelatihan kepada pasukan keamanan Afghanistan, yang saat ini tengah berjuang menumpas para pejuang Taliban.
"Hari ini menandai akhir dari sebuah era dan awal yang baru," kata Jenderal AS John Campbell, komandan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF), dalam sebuah upacara di markas ISAF, Kabul .
"Kami akan terus berinvestasi di masa depan Afghanistan," kata Campbell. Dalam upacaya tersebut, Jenderal AS ini menggulung bendera koalisi yang menandakan berakhirnya tugas pasukan koalisi tersebut.
Sejak tahun 2001, hampir 3.500 tentara asing tewas dalam perang Afghanistan, termasuk sekitar 2.200 orang Amerika.
"Berkat pengorbanan yang luar biasa dari laki-laki dan perempuan dalam seragam kami, misi tempur di Afghanistan pun berakhir, dan berakhir pula perang terpanjang dalam sejarah Amerika," kata Presiden Barack Obama dalam sebuah pernyataan.
Taliban telah melancarkan serangan yang mematikan pada tahun lalu. Hampir 3.200 warga sipil Afghanistan tewas dalam konflik antara kelompok militan dan tentara pada tahun 2014, dan lebih dari 4.600 tentara dan polisi Afghanistan tewas dalam serangan Taliban.
Karena itu, prioritas Presiden baru Afghanistan, Ashraf Ghani, adalah mengontrol pemerintahan wilayah dan menjaga keamanan nasional Afghanistan. ISAF sendiri merahasiakan rencana penarikan pasukan AS dari Afghanistan, karena takut serangan Taliban.
Meskipun Kabul, Brussels dan Washington memiliki hubungan yang jauh lebih baik setelah penandatanganan Perjanjian Keamanan Bilateral dan Status Agreement, soal NATO dan AS peralatan sisa militer belum diselesaikan.
Pemerintah Afghanistan yang dipimpin Presiden Ashraf Ghani tidak mengungkapkan penarikan pasukan AS secara terbuka, karena ada kekhawatiran atas kemungkinan pengiriman senjata berat ke Ukraina.
Presiden Ghani dijadwalkan mengunjungi Washington bulan depan untuk membicarakan hal ini dan berbagai hal lainnya. Banyak kekawatiran kekuassaan Ashraf Ghani tidak bertahan lama, dan akan jatuh, serta berkuasanya kembali. Di manapun begitu nasibu boneka. [afgh/wb/may/voa-islam.com]