PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Para saksi mengatakan bahwa pelaku penyerangan terhadap kantor berita satir, Charlie Hebdo, di Paris Prancis hari Rabu (7/1/2015) yang menewaskan 12 orang dan melukai 11 lainnya tersebut berasal dari kelompok Al-Qaidah di Yaman.
Corinne Rey, seorang kartunis majalah itu yang terpaksa membiarkan penyerang masuk ke dalam gedung, mengatakan bahwa "mereka berbicara bahasa Prancis dengan sempurna, mereka mengatakan kami Al-Qaidah," lapor The London Evening Standard.
Sementara itu Cédric Le Béchec, saksi lain, menyatakan bahwa salah satu penyerang mengatakan "Katakan media bahwa ini adalah Al-Qaidah di Yaman," referensi untuk Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP), menurut The Telegraph.
Sejauh ini belum keluar pernyataan resmi dari kelompok afiliasi Al-Qaidah di Yaman tersebut atas aksi penyerangan di kantor Charlie Hebdo.
Penyerangan ke kantor redaksi Charlie Hebdo dilakukan ketika sejumlah redaktur menggelar rapat editorial mingguan.
Tepat sebelum tengah hari, dua orang bersenjatakan senapan Kalashnikov keluar mobil hitam dan memaksa karyawan majalah untuk membiarkan mereka ke gedung di pusat kota Paris.
Corinne Rey, mengatakan pria-pria bersenjata tersebut memasuki gedung setelah memaksanya memencet kode untuk membuka pintu gedung.
Setelah masuk, saksi mengatakan bahwa para penyerang sengaja menargetkan para wartawan, membunuh editor publikasi dan membunuh atau melukai sejumlah kartunis.
Tembakan yang dilepaskan para penyerang mengakibatkan 12 orang tewas, termasuk pemimpin redaksi Stephane Charbonnier, kartunis Wolinski dan Cabu, serta ekonom Prancis Bernard Maris.
Dua polisi juga tewas dalam serangan itu, dengan video yang diposting online menunjukkan penyerang melukai seorang petugas dan kemudian mengeksekusi dia di jalan. Para penyerang kemudian memasuki mobil hitam dan meloloskan diri sebelum pindah ke sebuah mobil rampasan lain. Para mujahidin itu masih buron hingga kini.
Sejumlah saksi mata mengaku mendengar paling tidak 50 tembakan dihamburkan para penyerang di dalam kantor Charlie Hebdo dan di luar gedung. (st/tlwj)